Suara.com - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini Selasa (18/2/2020) kembali dibuka melemah ke level 5.856,88.
Mengutip data perdagangan RTI, IHSG dibuka di level 5.856,88 turun 10,64 poin atau melemah 0,18 persen.
Memerahnya IHSG pada perdagangan kali ini juga diikuti indeks LQ45 yang turun 1,1 poin atau 0,12 persen ke level 953,04.
Mengawali pembukaan perdagangan terdapat 49 saham menguat, 42 saham melemah, dan 113 saham stagnan.
Baca Juga: Gubernur BI: Aliran Modal Asing ke Indonesia Masih Deras di Awal 2020
Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka menguat 17 poin atau 0,12 persen ke level Rp 13.670 per dolar AS.
Analis pasar modal dari MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan, makin banyaknya korban tewas akibat virus corona kembali memberikan tekanan jual bagi Bursa Asia pagi ini yang berjatuhan seperti Nikkei turun -0.76 persen, Kospi -0.75 persen, STI -0.33 persen sehingga berpotensi memberikan tekanan untuk IHSG.
"Mengetahui IHSG berpotensi terkena tekanan jual dalam perdagangan Selasa ini, kami tetap semangat merekomendasikan investor melakukan trading harian atas saham dari Sektor Retail, Pakan Ayam, Bank, Coal, Properti dan Telko dalam perdagangan Selasa ini," kata Edwin.
Dia pun memperkirakan laju IHSG pada hari ini bergerak pada level 5.830 sampai 5.920 adapun saham-saham yang di rekomendasikan hari ini adalah saham ERAA, CPIN, BBNI, WIKA, ACES, ITMG, CTRA, EXCL, SMRA, dan saham WSBP.
Sebelumnya, pada perdagangan 17 Februari, IHSG ditutup menguat tipis sebesar +0.01 persen ke level 5.866. Sentimen penggerak pasar diantaranya ancaman resesi yang menghampiri beberapa negara, seperti Singapura, Jerman dan Jepang.
Baca Juga: Modal Asing Deras Masuk, IHSG Masih Akan Bergerak di Zona Hijau
Hal ini dipicu oleh pelambatan ekonomi China akibat wabah virus Corona, ketiga negara tersebut memiliki hubungan yang erat dengan China, sentimen pelaku pasar saat ini diperkirakan masih akan bervariasi, ditopang oleh penguatan indeks berjangka AS yang menguat menjadi katalis positif untuk bursa Asia, sementara dari wabah virus Corona, pemerintah China masih berhati-hati dalam penanganannya.