Suara.com - Persaingan pasar industri keramik sanitary di dalam negeri dinilai semakin kompetitif dengan adanya pemain-pemain baru di industri ini. Padahal, industri keramik sanitary di Indonesia sedang lesu dikarenakan rendahnya serapan lokal.
Berdasarkan data dari Asosiasi Industri Keramik Indonesia (Asaki), penurunan permintaan keramik sanitary dirasakan sejak akhir 2107. Sebelumnya, produksi diserap pasar domestik sebesar 70 persen dan untuk ekspor sebesar 30 persen, tetapi sekarang porsi serapan lokal hanya sebesar 55 persen dan sisanya ekspor.
Perlambatan sektor properti di Indonesia disebut sebagai "dalang" menurunnya serapan keramik sanitary. Selain itu, banyak pengembang properti dan juga konsumen, masih menganggap sanitary impor kualitasnya lebih baik dibandingkan produksi dalam negeri, terutama untuk segmen menengah ke atas.
Padahal, pabrikan yang ada di Indonesia memiliki standar internasional yang kualitasnya tidak kalah dengan produk impor.
Baca Juga: Penampakan Toilet Ini Jadi Sorotan, Warganet : Nanti Dikira Lemon Squash
Produsen keramik sanitary di Indonesia yang memiliki afiliasi jaringan internasional, PT Surya Toto Indonesia (TOTO) mengakui bahwa memang saat ini industri keramik sanitary tengah mengalami kelesuan.
Menghadapi kelesuan permintaan dalam negeri, PT Surya Toto Indonesia (TOTO) perusahaan keramik sanitary asal Indonesia ini berencana mengekspor produknya ke China, Amerika Serikat, Vietnam, Malaysia, Singapura dan negara-negara Timur Tengah.
Hal ini dilakukan seiring dengan program pemerintah Indonesia yang tengah menggalakan program ekspor guna menekan defisit neraca perdagangan.
"Pasar ekspor memang sangat menjanjikan. Namun, kami akui bahwa pasar dalam negeri hingga saat ini masih menjadi penopang penjualan. Jika dilihat dari komposisinya, memang ekspor masih 20 persen dari total produksi," ujar Presiden Direktur PT Surya Toto Indonesia (TOTO) Hanafi Admadiredja dalam keterangannya, Senin (3/2/2020).
Tercatat di semester I-2019, penjualan ekspor TOTO naik 3,13 persen menjadi Rp 245,46 miliar, sementara penjualan domestiknya menurun 18,05 persen (y-o-y) menjadi Rp 744,27 miliar.
Baca Juga: Studi: Bakteri di Tirai Kamar Mandi Lebih Banyak dari Dudukan Toilet!
Menurut Hanafi, masih ada tantangan-tantangan yang harus dihadapi untuk ekspor, antara lain, masih lesunya ekonomi global dan perang dagang antara AS dan China yang masih terus berlangsung hingga saat ini.