Suara.com - Pengamat Energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengusulkan pemerintah untuk mengganti sistem distribusi elpiji 3 kilogram (kg) dari yang terbuka menjadi tertutup.
Sistem ini bisa jadi solusi jangka pendek agar penyaluran subsidi elpiji tersebut tepat sasaran.
Fahmy menerangkan, sistem tertutup ini nantinya yang disubsidikan bukan dari elpiji 3 kg, tapi yang disubsidi adalah masyarakat miskin tersebut.
Dengan begitu, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa membeli elpiji 3 kg.
Baca Juga: Heboh Gas Bercampur Lumpur Menyembur di Pekarangan Rumah
"Menurut saya jangka pendek dan panjang, pendek ubah sistem distribusi dari terbuka jadi tertutup. Kalau siapapun bisa membeli tanpa sanksi. Di Wonosobo mie ongkol pakai gas 3 kg ada 10 an lebih. Laris sekali, mestinya dia eggak berhak tapi karena nggak ada sanksi," ujar Fahmy dalam sebuah diskusi, di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Kamis (30/1/2020).
Fahmy melanjutkan, sistem penyaluran tertutup ini bisa diimplementasikan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan pengenaan barcode.
"Mekanisme banyak cara misalnya barcode tapi harus ada komitmen mau barkode atau digabungkan dalam beras miskin atau penerima subsidi listrik 450 VA," jelas dia.
Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM, Alimuddin Basso mengatakan, pada tahun ini pemerintah tetap memberikan subsidi 3 kg sebesar Rp 42,47 triliun.
Namun menurutnya, solusi yang bisa dijalankan adalah mengkonversi dari elpiji ke jaringan gas (Jargas).
Baca Juga: Buka Wacana Cabut Subsidi Gas Elpiji 3 Kg, Menteri ESDM Dicecar DPR
"Sejatinya isu 3 kg ini akan tetap ada, kedua rakyat berhak tetap dapat. Dari solusi yang kita lihat banyak salah satu dengan jargas, kontribusi kecil. Kami harap masyarakat bisa migrasi dengan memperbaiki fasilitas dan sistem," pungkas dia.