Suara.com - Maskapai Sriwijaya Air telah berpisah dengan manajemen Garuda Indonesia Group. Meskipun telah berpisah, ternyata Sriwijaya masih memiliki utang ke Garuda Indonesia Group.
Direktur Utama Sriwijaya Air, Jefferson Jauwena mengakui masih adanya utang ke Garuda Indonesia. Pihaknya juga tengah melakukan audit terhadap kewajiban utang terhadap Garuda Indonesia Group.
Hal ini untuk mengetahui berapa sebenarnya utang Sriwijaya ke semua unit usaha Garuda Indonesia. Dalam catatan terakhir, Sriwijaya masih memiliki utang ke perusahaan BUMN itu sebesar Rp 850 miliar.
"Kewajiban ke Garuda kami melakukan audit. Perusahaan sudah menunjuk auditor independen apakah tagihan yang ditagihkan Sriwijaya wajar atau tidak. Ya itu kan angka menurut catatan mereka. Agar hasil audit itu benar-benar independen," ujarnya di Sriwijaya Air Tower, Tangerang, Senin (20/1/2020).
Baca Juga: Lepas Dari Garuda Indonesia, Sriwijaya Air Bangkit Meski Berdarah-darah
Selain itu, Jefferson mengakui, masih adanya utang ke perusahaan BUMN lainnya, seperti PT Pertamina (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero) dan Bank BNI.
Namun, ia mengklaim, Sriwijaya belum menunggak pembayaran utang kepada perusahaan tersebut.
"Kalau anda liat berita kita punya tanggungan ke BNI tapi BNI itu current engga ada masalah, Angkasa Pura juga current, yang perlu restrukturasi itu Pertamina dengan GMF," ucap dia.
Terkait pembayaran utang ke Garuda, saat ini Jefferson masih menunggu hasil audit yang dilakukan oleh auditor independen. Ia menyebut hasil auditor tersebut dalam waktu 1-2 bulan ini.
"Audit itu semuanya kita lakukan. Itu tadi sedang diaudit. seberapa banyak tagihannya, seberapa banyak pembayaran," pungkas dia.
Baca Juga: Alvin Lie Ungkap Kisruh Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air