Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan sepanjang 2019 alami defisit 3,2 miliar dolar AS. Defisit ini karena nilai impor lebih tinggi dibanding ekspor.
Kepala BPS, Suhariyanto menyebut, meskipun masih defisit, tapi nilai defisitnya lebih rendah dibanding defisit 2018.
"Secara keseluruhan defisit 3,20 miliar dolar AS jauh lebih kecil defisit 2018 sebesar 8,70 miliar dolar AS," ujar Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Rabu (15/1/2020).
Suhariyanto mengungkapkan, defisit ini lebih banyak disumbang pada defisit Minyak dan gas (Migas) yang sebesar 9,3 miliar dolar AS. Menurutnya defisit migas ini disumbang oleh hasil lifting dan harga minyak.
Baca Juga: Ahok Didukung Istana Gigit Mafia Migas Supaya Harga Gas Turun
"Sedangkan, non migasnya masih surplus 6,1 miliar dolar AS," ucap dia.
Sementara itu, pada Desember 2019 kemarin neraca perdagangan juga keok alias defisit 30 juta dolar AS. Defisit itu lebih rendah dari defisit November 2019 sebesar 1,38 miliar dolar AS.
"Pada Desember 2019, nilai ekspor sebesar 14,47 miliar dolar AS, sementara nilai impor sebesar 14,50 miliar dolar AS," pungkas dia.