Suara.com - Pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) membeberkan kerugian yang didapat akibat adanya bencana banjir di DKI Jakarta dan sekitarnya. Kerugiannya pun ditaksir mencapai triliunan rupiah.
Ketua Umum HIPPI DKI Jakarta, Sarman Simanjorang, mengatakan banjir kemarin sangat memukul pelaku usaha diberbagai sektor seperti ritel, restoran, pelaku UMKM, pengelola destinasi wisata,pengelola taxi, grab dan gojek.
"Banjir ekstrim yang melanda ibu kota Jakarta dan sekitarnya membuat berbagai aktivitas bisnis lumpuh total," kata Sarman dalam keterangannya, Minggu (12/1/2020).
Sarman pun telah memperkirakan asumsi kerugian yang diantaranya, pada sektor Ritel diperkirakan 400 toko ritel terkena dampak langsung tidak bisa buka melayani pelanggan.
Baca Juga: Pentingnya Menjaga Sanitasi Pasca Banjir dari Wabah Penyakit
Jika satu toko memiliki pelanggan sekitar 100 orang dikali 400 toko jumlah pelanggan 40.000 dengan asumsi belanja rata- Rp 250.000 maka kerugian diperkirakan mencapai Rp 10 miliar perhari.
"Kemudian, ada sekitar 82 Mall dengan rata rata jumlah pengunjung saat libur tahun baruan mencapai 5000 orang dengan asumsi belanja makan dan minum minimal Rp 200.000, maka transaksi mencapai (82 x 5000 x 200.000) Rp 82 miliar jika pengunjung turun sekitar 50 persen maka kerugian transaksi mencapai Rp 41 miliar," tutur dia.
Sementara, lanjut Sarman, data dari Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia DKI Jakarta terdapat 28 Pasar tradisional yang terkena imbas banjir dengan jumlah pedagang sebanyak 250 persen pasar, total pedagang 7.000 pedagang.
Jika rata rata penjualan sekitar Rp 500.000 per pedagang maka kerugian transaksi mencapai Rp 3,5 miliar.
Sarman menambahkan, jika dihitung secara total kerugian yang didapat akibat banjir tersebut mencapai Rp 1,04 Triliun.
Baca Juga: Buntut Banjir Jakarta: Anies Digugat sampai Mau Dilengserkan
"Sekali lagi kami sampaikan ini adalah asumsi atau perkiraan, tidak ada data yang pasti, minimal kita punya gambaran atau bayangan dampak banjir ini terhadap kerugian transaksi/perputaran uang selama libur tahun baru 2020 yang seharusnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jakarta dan menjaga angka inflasi," pungkas Sarman.