Asmuni, Pekerja Purna Korea Kini Sukses Usaha Rumah Makan di Lombok

Selasa, 10 Desember 2019 | 08:59 WIB
Asmuni, Pekerja Purna Korea Kini Sukses Usaha Rumah Makan di Lombok
Asmuni, pengusaha sukses asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). (Dok : BNP2TKI)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Roda kehidupan memang selalu berputar. Sepenggal kalimat itu mungkin cocok disematkan untuk Asmuni, pria asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Sebelum sukses, ternyata Asmuni sempat merasakan pahitnya kehidupan.

"Lulus pesantren tahun 2000, saya bekerja sebagai kuli bangunan di Bali selama dua tahun. Saya harus membantu ekonomi keluarga, sehingga apapun pekerjaannya saya lakukan," ujarnya, membuka obrolan kepada  Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), beberapa waktu lalu, di NTB.

Di sela-sela pekerjaanya, Asmuni juga menjadi marbot masjid d Bali. Asmuni juga mencoba mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) di Denpasar.

Baca Juga: BNP2TKI Kembali Partisipasi di TEI 2019

Ia mengaku ingin bekerja di Jepang.

"Tahun 2002 setelah bom Bali, kondisi menjadi tidak menentu, kemudian saya pulang ke Lombok. Saya mencoba berjualan keripik singkong. Saya juga mencoba ikut mendaftar bekerja ke Jepang, tapi tidak lulus," tutur Asmuni, yang juga mencoba dengan bekerja di bengkel motor.

Tahun 2004, Asmuni mencoba melamar bekerja ke Korea Selatan melalui BP2TKI Mataram dan ia pun lulus.

"Saya lulus sebagai non ex Korea, tapi saya bingung tidak punya uang untuk modal berangkat ke sana. Akhirnya orangtua saya mencari pinjaman untuk saya agar bisa berangkat ke Korea," papar Asmuni.

Awal 2005, Asmuni bekerja ke Korea Selatan pada sebuah perusahaan plastik dan alat rumah tangga. Ia pun sempat berpindah kerja ke perusahaan, yaitu operator mesin.

Baca Juga: BNP2TKI Upayakan Pengembangan Penempatan Pekerja Indonesia di Ceko

"Saat itu gaji saya sebesar Rp 11 juta, uang itu cukup besar. Gaji saya kumpulin untuk bayar utang orangtua, karena saya waktu berangkat kerja ke Korea saya pinjam uang orangtua," kenangnya.

Selama tiga tahun bekerja di Korea, hampir setiap hari Asmuni selalu mengambil jam kerja lembur, karena saking semangatnya dalam bekerja. Namun  semangat itu sempat padam, karena Asmuni sakit.

"Kaki kanan saya sakit lumpuh, mungkin karena selama bekerja saya terus berdiri. Akhirnya saya pun masuk rumah sakit dan harus istirahat total selama satu bulan lebih. Setelah kaki saya normal, saya pun kembali bekerja seperti biasa," ujar pria dari 11 bersaudara ini.

Mencoba Merintis Usaha
Setelah kontrak kerja selesai pada 2008, Asmuni pulang ke Lombok. Berbekal dari uang bekerja dari Korea, Asmuni mencoba mulai merintis usaha.

Pertama ia mencoba ingin membuka usah rumah makan. Ia mengaku menggunakan modal dari uang selama bekerja di Korea.

"Usaha rumah makan saya kandas, karena orang yang saya percaya dan telah saya berikan modal ternyata tidak amanah. Akhirnya usaha tersebut tidak jalan," terang pria berkulit putih ini.

Asmuni pun kemudian membuka usaha kedua, yaitu membuka counter handphone. Namun usaha tersebut tidak jalan sesuai dengan rencana yang diinginkan dan diharapkan.

Tidak sampai di situ, Asmuni juga kembali mencoba usaha ketiga, yaitu membuka layanan cuci motor.

"Di cucian motor ini, saya juga sambil berjualan makanan seperti bakso dan minuman. Tapi cucian motornya kurang begitu ramai," jelas.

Asmuni akhirnya menutup usaha cucian motornya dan memilih melanjutkan pendidikan pesantrennya ke Daarut Tauhid Bandung, Jawa Barat. Sepulang dari Bandung, tahun 2010, Asmuni kembali mencoba kembali membuka usaha dengan berjualan bakso dan membuka cucian motor.

Ia mengatakan, ada peluang yang berbeda dari usaha baksonya dan menunjukan kebangkitan.

"Akhirnya usaha bakso saya bangkit kembali, pelanggannya sudah lumayan. Dalam sehari saya dapat omset sekitar Rp 300 ribu," terang Asmuni.

Di tengah geliat kebangkitan usaha baksonya, musibah menimpa Asmuni. Toko bakso yang ia bangun kebakaran hebat. Seluruh aset yang ia bangun habis terbakar dilalap si jago merah. Asmuni pun bersedih.

Kembali Bangkit
Di tengah kesedihan itu, Asmuni ternyata tidak tinggal diam, ia pun kembali bangkit.

Singkat cerita, Asmuni mengikuti kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) dari BP3TKI Mataram, di Lombok. Berbekal dengan pengalaman dan pengetahuan itu, maka pada 2014, Asmuni kembali merintis usaha rumah makan.

Asam garam sudah dilalui Asmuni. Dengan modal dan kemampuan yang ada, ia mencoba membuka usaha rumah makan bernama Sukma Rasa, yaitu makanan khas Lombok. Pengalaman jatuh bangun dari usaha-usaha pertama, ia jadikan sebagai pengalaman dan pelajaran berharga.

"Alhamdulillah setelah sekian kali jatuh bangun dalam membangun usaha, saya telah menemukan harapan. Rumah Makan Sukma Rasa ini sekarang telah berdiri dan berkembang. Sekarang pegawainya hampir 80 orang," tuturnya.

Kini Asmuni kembali mencoba membuka cabang di tempat berikutnya, yang tentunya masih berada di Lombok. Rumah makan kedua yang Asmuni dirikan juga menuai sukses.

Di tengah kesuskesannya itu,  Asmuni tidak lantas berhenti.  Pria kelahrian 31 Desember 1981 ini terus membangun ekspansi usaha rumah makannya.

Ia kembali membuka cabang usaha Rumah Makan Sukma Rasa khas Lombok yang ketiga dan itupun sukses.

"Sekarang ketiga rumah makan saya sudah berjalan. Saya juga pekerjakan para pegawai dari mantan PMI Purna. Ada pegawai saya, mantan PMI Hongkong, Taiwan, dan Malaysia. Saya sengaja ajak mereka berkerja bersama agar bisa berbagi pengalaman hidup," tuturnya*

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI