Suara.com - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) terus membangun ketahanan pangan melalui beberapa pendekatan metode seperti familly farming, lumbung pangan, maupun kebun sekolah.
Penerapan kebun sekolah untuk menarik minat generasi muda di sektor pertanian dilakukan melalui program Pertaian Masuk Sekolah (PMS). Upaya Penerapan program Pertanian Masuk Sekolah (PMS) sebagai materi pembelajaran siswa dianggap penting untuk mengatasi masalah regenerasi petani.
"Langkah fundamental ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa sektor pertanian sangat menjanjikan sebagai sebuah profesi yang bisa menjadi hobby bagi kaum urban, dan trendy sebagai gaya hidup modern," ujar Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri, Sabtu (30/11/2019).
Menurut Kuntoro, promosi dan proses edukasi ini perlu diinisiasi sejak dini melalui berbagai aktivitas pertanian berupa kurikulum kecakapan hidup (lifeskill) atau pembelajaran extrakulikuler di setiap sekolah.
Baca Juga: Diskusi Kementan dan Alumni IPB, Dorong ABGC Konsolidasi Gerakan Pertanian
"Ide memasukkan pertanian sebagai muatan lokal dalam pendidikan formal sebetulnya bukan sesuatu yang baru. Toh konsep ini sudah mulai diterapkan di sejumlah sekolah. Sebut saja Skolah Alam dan program adiwiyata di sekolah perkotaan. Keduanya menggunakan pendekatan alam dalam kegiatan belajarnya," katanya.
Kuntoro mengatakan, dalam penerapan konsep ini para siswa diperkenalkan berbagai jenis sayuran dan tanaman yang akan dibudidayakan. Mereka juga dilatih cara memploting lahan serta pengendalian hama dan penyakit. Selain itu, para siswa diberi penjelasan bagaimana besarnya manfaat dan nilai ekonomis hasil pertanian.
"Bahkan di beberapa sekolah para siswa diajarkan cara membuat pupuk organik dari limbah. Aktivitas dilakukan secara menyenangkan untuk memberi kecintaan siswa terhdapa kegiatan ini dengan harapan mereka mampu mereplikasinya di rumah," katanya.
Dikatakan Kuntoro, manfaat lain dari kegiatan ini adalah membiasakan para siswa untuk mengonsumsi sayuran dari hasil panen di sekolah. Kegiatan ini memiliki alasan yang sangat kuat, terlebih himbauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyarankan agar setiap manusia mengkonsumsi sayur dan buah sebanyak 400 gram perhari.
"Konsumsi sayuran yang harus dikonsumsi untuk diet seimbang ialah sebesar 200g/kapita/hari. Sedangkan tingkat konsumsi sayur di Indonesia masih di bawah standar kecukupan. Sebagai perbandingan, Singapura sebagai negara tetangga untuk tingkat konsumsinya lebih tinggi dari Indonesia," katanya.
Baca Juga: Musim Hujan Tiba, Kementan Lakukan Gerakan Tanam Jagung di Tulungagung
Berdasarkan data yang ada, tingkat konsumsi sayur di Singapura mencapai 120 kg/kapita/tahun, kemudian Tiongkok mengkonsumsi 270 kg/kapita/tahun, dan Kamboja yang mengkonsumsi 109 kg/kapita/tahun. Adapun konsumsi sayuran per kapita penduduk Indonesia hanya 40,35 kg/tahun, sedangkan konsumsi buah hanya 34,55 kg/tahun.