Ditinggal Ciputra, Ini Gurita Bisnis Ciputra Grup Hingga China

Rabu, 27 November 2019 | 18:40 WIB
Ditinggal Ciputra, Ini Gurita Bisnis Ciputra Grup Hingga China
Konglomerat pendiri Ciputra Group, Ir Ciputra. [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Keluarga besar Grup Ciputra menyampaikan berita duka cita telah meninggal dunia Ir. Ciputra, Chairman dan Founder Grup Ciputra di Singapura pada Rabu (27/11/2019) pukul 01.05 waktu Singapura. Ciputra wafat karena sakit yang dideritanya.

Ciputra merupakan seorang pengusaha properti, tokoh entrepreneurship dan filantrophis yang lahir di Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931. Dia menjalani masa kecil yang tidak mudah karena harus kehilangan ayahnya yang ditangkap dan ditahan tentara penjajah.

Setelah kehilangan ayahnya, Ciputra menjadi tulang punggung keluarga. Sejak kecil, Ciputra sudah menunjukkan ketertarikannya terhadap dunia bisnis, arsitektur dan seni, yang tercermin dari intuisinya dalam merenovasi sebuah bangunan gudang.

Ciputra muda penuh semangat dan hasrat mengejar pendidikan jurusan arsitek sampai ke kota Bandung. Setelah lulus dari dari Institut Teknologi Bandung (ITB) di tahun 1960, beliau resmi menyandang gelar Insiyur. Gelar yang bergengsi dan profesi yang menjanjikan di masa itu. Sepanjang karirnya bekerja, dia dikenal sebagai seorang pelopor bidang usaha properti di Indonesia. Kemampuannya teruji sukses merintis dan membesarkan tiga grup korporasi yakni Grup Jaya, Grup Metropolitan, dan Grup Ciputra.

Baca Juga: Kenang Mendiang Ciputra, Legenda Bulutangkis: Dia seperti Ayah Buat Saya

Bermula dari tahun 1960-an, dengan menggandeng Pemerintah DKI Jakarta, beliau membentuk PT Pembangunan Jaya. Proyek pertamanya adalah membangun sebuah pusat belanja modern pertama di Indonesia di atas lahan seluas 15 hektar, yang kemudian dikenal sebagai Proyek Pasar Senen.

Belum selesai membangun proyek Pasar Senen, Pak Ciputra mulai menggagas pembangunan proyek monumental lainnya di bagian utara kota Jakarta di atas lahan rawa yang tidak produktif seluas 550 hektare, yaitu Taman Impian Jaya Ancol. Dengan konsep dan gagasan beliau, Ancol berubah menjadi kawasan pariwisata terpadu bertema pantai, yang dilengkapi convention center, perhotelan, pasar seni, wisata belanja, water park, taman rekreasi keluarga dan wisata pantai.

Selanjutnya melalui Grup Jaya juga, Pak Ciputra berkontribusi mengembangkan Kota Satelit Bintaro Jaya yang dimulai pada tahap awal di areal seluas 100 hektar. Kini, Bintaro Jaya telah berubah menjadi kota satelit dengan areal seluas 2.321 hektar yang didalamnya berisi hunian, mal, hotel, pusat kuliner, dan pertokoan.

Sepuluh tahun kemudian di tahun 1970-an, Ciputra bersama teman-teman koleganya mendirikan Grup Metropolitan. Beliau mengembangkan sederet karya monumental di bawah kendali Grup Metropolitan. Bekerjasama dengan Grup Salim, dikembangkanlah kawasan Pondok Indah yang merupakan hunian prestisius elit seluas lebih 500 hektar di Selatan Kota Jakarta yang terdiri dari perumahan, mal, hotel, perkantoran, lapangan golf, apartemen, dan rumah sakit.

Kini Rumah Sakit Pondok Indah dan Mal Pondok Indah 1 dan 2 merupakan beberapa fasilitas pendukung yang turut dibangun dalam kawasan Pondok Indah ini. Setelah itu, Grup Metropolitan mengembangkan kompleks perkantoran modern World Trade Center (WTC) di pusat bisnis Kota Jakarta yang terdiri dari 5 tower dari rencana pengembangan 7 tower.

Baca Juga: Punya Harta Rp 18 Triliun, Ciputra Dulunya Hidup Susah

Menggabungkan kekuatan Grup Metropolitan, Grup Jaya, Grup Salim, dan Grup Sinarmas, Pak Ciputra kemudian menggagas pembangunan kota mandiri pertama di Indonesia, yakni Bumi Serpong Damai. Bumi Serpong Damai merupakan sebuah kawasan hunian terpadu di Tangerang Selatan dengan luas sekitar 6.000 hektar terdiri dari hunian, mal, hotel, universitas, perkantoran, kompleks pertokoan, dan lapangan golf.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI