Suara.com - Petrokimia Gresik, perusahaan solusi agroindustri anggota holding PT Pupuk Indonesia (Persero), meluncurkan pupuk retail komersil NPK Petro Ningrat serta kantong pupuk nonsubsidi dengan desain baru.
Direktur Utama Petrokimia Gresik, Rahmad Pribadi menjelaskan, bahwa perusahaan saat ini
sedang melakukan transformasi bisnis dengan sasaran untuk memperluas pangsa pasar (market share) dan menjadi pemain utama (dominant player) di sektor retail komersil.
“Kami ingin memperkuat barisan produk komersil kami, dimana saat ini Petrokimia Gresik baru menguasai sekitar 10-15% market share pupuk NPK retail komersil di Indonesia,” ujar Rahmad dalam keterangannya, Senin (25/11/2019).
Upaya memperkuat pasar retail komersil adalah strategi Petrokimia Gresik untuk menghadapi kemungkinan berubahnya kebijakan pemerintah, dimana wacana pengalihan subsidi pupuk semakin kuat. Sehingga Petrokimia Gresik harus siap bersaing di pasar komersil.
Baca Juga: Kasus Distribusi Pupuk, KPK Periksa Dirut Petrokimia Gresik Rahmat Pribadi
“Kami adalah produsen pupuk NPK pertama, terbesar, dan berpengalaman di Indonesia. Sejak tahun 2000 hingga kini telah memiliki 8 unit pabrik NPK dengan kapasitas produksi 2,7 juta ton per tahun,” kata Rahmad.
Adapun pupuk yang diluncurkan adalah NPK Petro Ningrat 12-11-20 dengan kemasan 20kg. Pupuk ini secara spesifik diperuntukan bagi tanaman perkebunan, hortikultura, dan umbi, seperti tembakau, kentang, cabai, bawang merah tomat, serta buah-buahan.
Produk ini semakin melengkapi varian pupuk NPK Petrokimia Gresik, dimana sebelumnya perusahaan telah memiliki pupuk NPK Phonska Plus untuk sektor tanaman pangan, dan NPK Kebomas untuk sektor perkebunan korporasi maupun ekspor dengan beragam formulasi sesuai kebutuhan konsumen.
“Berdasarkan hasil uji coba, NPK Petro Ningrat bisa meningkatkan hasil panen tanaman perkebunan antara 10 hingga 37 persen,” tutur Rahmad.
Aplikasi NPK Petro Ningrat pada tanaman kentang di Kota Batu (Jawa Timur), misalnya, mampu menghasilkan 41,25 ton per hektare, atau meningkat 37 persen. Kemudian uji coba tembakau di Kabupaten Jember dan Lombok Timur mampu menghasilkan panen 1,6 ton/hektar (meningkat 10,6%) dan 1,5 ton/hektar (meningkat 11,%).
Baca Juga: KPK Periksa Komisaris PT Humpuss Terkait Kasus Suap Distribusi Pupuk
Sedangkan pada tanaman bawang merah di Kabupaten Nganjuk mampu menghasilkan 18 ton/hektar (meningkat 28,5%).