Bersama 18 orang petani bawang di desa lain, Anto dan istri mendaftar haji dari hasil bawang putih.
"Sungguh berkah luar biasa," ujarnya terharu.
Begitupun dengan Abdul Muin, warga Desa Rembul, yang tak kuasa menahan haru saat mengungkapkan kesuksesan yang dirasakannya dari hasil bawang putih.
"Alhamdulillah dari hasil bawang putih bisa beli tanah, daftar haji dan lainnya. Bahkan saya ajak tetangga saya untuk tanam bawang putih," ungkap petani paruh baya ini.
Baca Juga: Kementan Raih Dua Penghargaan Perak SNI Award 2019
Ahmad Maufur, petani muda setempat yang dinobatkan sebagai champion atau penggerak pembangunan pertanian, khususnya bawang putih di Kabupaten Tegal, menceritakan kisah sukses bagaimana masjid megah 2 lantai yang saat ini sedang dibangun di Desa Tuwel.
"Masjid ini dulunya sebuah masjid tua yang sudah tidak layak pakai. Kemudian pada tahun 2014, kami berniat untuk membongkar dan membangun yang baru. Niat tersebut baru terwujud dengan mulainya pembongkaran tahun lalu. Sejak para petani sini kembali menanam bawang putih pada 2018 kemarin, ahamdulillah, iuran pembangunan masjidpun menjadi lancar sehingga kas mesjid mencapai Rp. 400 juta. Semua dari hasil tanam bawang putih," terang Maufur antusias.
Sejak berproduksinya kembali bawang putih lokal di kawasan utara lereng Gunung Slamet, masyarakat setempat mulai banyak yang beralih konsumsi dari bawang impor kembali ke bawang putih lokal. Masyarakat sudah lama mengetahui bahwa dari segi cita rasa, bawang putih lokal memang jauh lebih kuat dan nikmat dibanding bawang putih impor.
Sebagian ibu-ibu rumah tangga setempat, ada pula yang mengolah bawang putih menjadi black garlic dengan teknologi fermentasi sederhana. Menurut pengakuan salah seorang ibu rumah tangga setempat, Hj Fuji, bawang putih lokal sangat dirasakan manfaatnya untuk kesehatan, termasuk untuk penambah stamina laki-laki. Sambil tersipu malu, dirinya mengakui khasiat bawang putih lokal benar-benar terasa maknyuusss tak terkalahkan.
Kebijakan pengembangan kawasan bawang putih yang digulirkan pemerintah sejak tahun 2017 hingga saat ini masih berlanjut. Meski diwarnai beragam pro dan kontra, kenyataan di lapangan menunjukkan bagaimana gegap gempitanya petani menanam kembali bawang putih.
Baca Juga: Kementan Raih Penghargaan dari KIP sebagai Badan Publik Informatif
Euforia tersebut mampu menumbuhkan kembali sentra-sentra bawang putih yang sempat lama terpuruk. Selain bangkitnya kembali petani bawang putih, juga diwarnai dengan tumbuhnya penangkar benih di beberapa daerah. Mereka satu sama lain saling belajar dan mengasah kemampuan budidaya dan pascapanen untuk menghasilkan bawang putih lokal berdaya saing.
Kesadaran kolektif dan semangat berdikari yang digelorakan pemerintah bersama-sama dengan petani bawang putih telah merambah ke seluruh penjuru Tanah Air. Keberhasilan tanam dan produksi bawang putih lokal, sebagaimana ditunjukkan para petani Tegal dan petani bawang putih di daerah lain di Indonesia menjadi bukti nyata bahwa kebangkitan bawang putih lokal untuk kembali berjaya di negeri sendiri bukan lagi sekadar mimpi, bukan pula dejavu.
Semua pihak dituntut untuk lebih arif dan bijak dalam menyikapi fenomena ini. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, yang kerap mengingatkan di tiap kesempatan bahwa setiap program Kementan harus menjadi rahmat bagi bangsa ini dan menghadirkan kesejahteraan untuk petani. Untuk itu, kita perlu melakukan yang terbaik dalam semangat kebersamaan yang guyub, selanjutnya biarlah Allah yang akan menentukan sisanya.
Jayalah bawang putih Indonesia!