Terungkap! MRT Untung Bukan dari Jual Tiket Tapi Jualan Iklan

Minggu, 24 November 2019 | 12:01 WIB
Terungkap! MRT Untung Bukan dari Jual Tiket Tapi Jualan Iklan
Calon penumpang berjalan memasuki stasiun MRT pada hari pertama fase operasi secara komersial (berbayar) di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Senin (1/4). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tidak banyak yang tahu, bahwa potensi pendapatan dari kereta MRT Jakarta didapat dari banyak pos, diantaranya dari pendapatan iklan. Sebab jika hanya mengandalkan penjualan tiket, MRT belum bisa menutupi biaya operasionalnya.

Direktur Keuangan dan Manajemen Korporasi PT MRT Jakarta Tuhiyat menjelaskan, pendapatan MRT Jakarta didapat dari tiga sumber yakni tarif tiket perjalanan biasa dengan harga Rp 14.000 (Bundaran Hotel Indonesia-Lebak Bulus), tarif per jarak, dan pendapatan di luar tarif atau non-farebox.

Pendapatan MRT Jakarta dari non-farebox ini mencapai Rp 225 miliar sejak beroperasi pertama Maret 2019 hingga saat ini. Pendapatan non-farebox terdiri dari iklan, telekomunikasi, retail dan naming rights (hak penamaan)

Tuhiyat mengatakan, pendapatan yang diperoleh dari iklan sendiri mencapai Rp 124 miliar. Iklan tersebut terpasang baik di dalam stasiun, luar maupun di dalam kereta, terowongan, hingga dinding pembatas area peron dengan jalur rel atau platform screen doors (PSD).

Baca Juga: Polisi Ciduk Kurir Narkoba Saat Transaksi di Bawah Stasiun MRT Haji Nawi

Adapun pemasangan iklan berdasarkan lelang dengan beberapa perusahaan.

"Totalnya sekitar Rp 124 miliar. Ini iklan kalau anda ke ground, elevated, semuanya iklan, orang yang mau pasang iklan bukan ke kita karena ada pemenangnya," kata Tuhiyat di Wisma Nusantara baru-baru ini.

Pendapatan kedua non-farebox didapat dari telekomunikasi.

"Semua provider yang ada di MRT bisa akses di bawah tanah. Dulu awal-awal hanya Telkomsel, sekarang all provider. Walau ini cuma kecil kita akan fasilitasi. Kontribusinya sekitar Rp 3 miliar. Cuma untuk Wifi, telekomunikasi, kemudian bisnis untuk mesin EDC," kata dia.

Selain itu, pendapatan MRT Jakarta juga diperoleh dari bisnis retail. Retail dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok branded dan kedua kelompok UMKM.

Baca Juga: Dibangun di Bawah Sungai, Pembangunan MRT Fase II Akan Lebih Sulit

Dari 13 stasiun, ada empat sampai lima Stasiun yang diisi oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan produk kreatif.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI