Menpar 2014-2019 Arief Yahya Jadi Pengajar di SBM ITB

Minggu, 17 November 2019 | 14:34 WIB
Menpar 2014-2019 Arief Yahya Jadi Pengajar di SBM ITB
Menteri Pariwisata 2014-2019, Arief Yahya dalam Business Leadership, Great Spirit Grand Strategy, Senin (11/11/ 2019). (Dok : Kemenparekraf)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kuliah business leadership ini mengundang ketertarikan yang tinggi dari mahasiswa. Mereka tampak begitu antusias dalam mengikuti pemaparan inspiratif dari mantan Dirut Telkom ini, termasuk pada berebut untuk mengajukan pertanyaan.

"Mahasiswa bagaikan menerima ilmu baru yang belum pernah didapatkan sebelumnya. Mereka menyerap setiap lembar presentasi Arief Yahya yang menjelaskan tentang Great Spirit and Grand Strategy yang ia terapkan di Telkom," paparnya.

Mahasiswa dan dosen organik SBM ITB yang hadir mendapatkan core knowledge (inti sari) dari Great Spirit Grand Strategy dalam 3 point utama.

Pertama, seorang pemimpin harus memiliki visi besar. Visi untuk menjadikan perusahaan atau organisasi yang dipimpinnya berkembang/tumbuh secara berkesinambungan (sustainable).

Baca Juga: Pensiun Jadi Menteri Pariwisata, Ini Kegiatan Arief Yahya

"Indikatornya adalah tumbuh melebihi pertumbuhan pasar dan kompetitor sebagai orientasi kemimpinan untuk menghasikan hasil yang luar biasa," paparnya.

Hasil yang luar biasa hanya bisa dicapai dengan cara yang tidak biasa, yaitu melalui berbagai terobosan yang dipimpin langsung oleh pemimpin tersebut. Untuk mewujudkan ini maka seorang pemimpin harus berpikir di level mega, bukan di tingkatan makro apalagi mikro.

"Berpikir mega adalah memimpin dengan orientasi untuk menciptakan karya-karya besar bagi kebaikan sesama (alam semesta), bagi negara dan masyarakat luas," jelasnya.

Kedua, seorang pemimpin harus memiliki kemimpinan paripurna, yaitu kemampuan untuk menciptakan harmoni dan sinergi dalam proses dan praktik kepemimpinannya sebagai Leadership Philosophy (filosopi kepemimpinan).

Hal ini untuk menjadikan perusahaan yang dipimpinnya sebagai yang terbaik. Harmoni yang dimaksud adalah harmoni antara Head dan Heart, atau dalam bahasa yang lebih umum dikenal Lead by Heart, Manage by Head.

Baca Juga: Meleleh Air Mata, Pamitan Arief Yahya di Gedung Sapta Pesona

"Karena ada hakikatnya pemimpin harus lebih menitikberatkan kepada pengelolaan sumberdaya manusia (people) melalui kemampuannya, terutama dalam memberikan motivasi dan inspirasi melalui pengembangan budaya perusahaan, penekanan pada purpose dan values (nilai-nilai kebaikan), dibandingkan dengan fokus yang berlebih pada scope pengelolaan pekerjaan," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI