Suara.com - Wajar saja Presiden Joko Widodo (Jokowi) merasa malu dan marah usai mengetahui, Indonesia masih saja mengimpor pacul. Padahal, Indonesia sendiri sudah bisa memproduksi pacul dengan kualitas yang baik.
Direktur Pusat Kajian Komunikasi Politik Indonesia (PKKPI) Gede Munanto mengatakan, rasa malu yang diungkapkan Presiden Jokowi karena RI masih mengimpor pacul harus menjadi tamparan keras buat salah satu menterinya yakni Menteri Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Sebelum menjabat Menko Perekonomian, Airlangga menjabat sebagai Menteri Perindustrian.
"Sebab, Jokowi mengungkap langsung ketidakmampuan industri RI di era Airlangga dalam menciptakan industri cangkul yang sebenarnya sangat sederhana," kata Gede dalam keterangan persnya, Jumat (15/11/2019).
Menurut dia, maraknya impor cangkul merupakan bukti Menperin Airlangga kala itu gagal membawa industri nasional bisa bersaing dengan baik.
Baca Juga: MTS Negeri 3 Cianjur Benarkan Stafnya Diciduk Densus Saat Berangkat Kerja
"Keluhan Presiden terhadap hal kecil yang seharusnya bisa diciptakan Menperin Airlangga kala itu, menunjukkan yang bersangkutan memang minim prestasi," katanya.
Harga Cangkul Impor Dijual Miring
Ketua Kadin Bidang Konstruksi dan Infrastruktur Dandung Harninto menganggap wajar jika impor cangkul cukup banyak masuk ke Indonesia karena harga jualnya yang lebih murah ketimbang harga jual di Indonesia.
"Harga cangkul produksi Indonesia dengan China itu jauh lebih murah China. Kalau kontraktor disini jadi lebih senang ambil dari China dong," kata Dandung saat acara diskusi Membedah Pembiayan Infrastruktur Tanpa APBN di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (14/11/2019).
Dia bilang harga satu unit cangkul asal negeri tirai bambu sebesar Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu per unit, bandingkan dengan harga cangkul yang di jual di Indonesia bisa mencapai Rp 90 ribu per unit.
Baca Juga: Solar di Priangan Timur Langka, Sejumlah Angkutan Umum Hentikan Operasional
"Dibuat di Indonesia pengerajin kita tapi justru lebih mahal, selesai dong industri nasional mati," katanya.