Suara.com - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk terus memupuk rasio Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) perseroan untuk mempersiapkan diri menghadapi aturan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau PSAK 71. Dengan strategi tersebut, per kuartal III/2019, perseroan mencatatkan perolehan laba senilai Rp 801 miliar.
Plt. Direktur Utama Bank BTN Oni Febriarto R. mengatakan, perseroan berkomitmen meningkatkan rasio pencadangan.
Komitmen tersebut ditunjukkan dengan mengerek naik nilai CKPN sebesar 21,34% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp 1,79 triliun menjadi Rp 2,18 triliun pada September 2019.
Secara rasio, CKPN perseroan naik ke level 52,67% pada September 2019 dari 38,58% di bulan yang sama tahun lalu.
Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan dan BTN Siapkan Perumahan untuk Pegawai Peruri
“Dengan peningkatan alokasi ke CKPN tersebut, laba bersih kami berada di posisi Rp 801 miliar pada kuartal tiga ini. Hingga akhir tahun, kami membidik rasio CKPN terus naik ke level di atas 70%,” kata Oni dalam keterangannya, Kamis (14/11).
Oni menuturkan perolehan laba bersih tersebut disumbang pendapatan bunga perseroan serta efisiensi yang dilakukan. Pendapatan bunga Bank BTN tercatat melaju di atas kenaikan penyaluran kredit meski di tengah kondisi penurunan suku bunga acuan.
Pendapatan bunga Bank BTN tercatat naik sebesar 17,97% yoy atau berada di atas laju kredit di level 16,75% yoy. Catatan keuangan perseroan menunjukan pendapatan bunga per kuartal III/2019 senilai Rp 19,32 triliun atau naik dari Rp 16,38 triliun pada September 2018.
Bank BTN juga berhasil melakukan efisiensi dengan pertumbuhan biaya operasional di luar CKPN hanya sebesar 1,3% yoy per September 2019.
Angka tersebut turun jauh di bawah kenaikan biaya operasional di luar CKPN pada 2018 sebesar 11,2% yoy.
Baca Juga: Suprajarto Mundur dari Dirut Bank BTN, Ini Kata Kementerian BUMN
Pertumbuhan biaya operasional tersebut juga berada jauh di bawah kenaikan aset yang melesat sebesar 16,1% yoy per September 2019.