Suara.com - Duta besar RI untuk China, Djauhari Oratmangun terus mendorong berbagai produk Indonesia menembus pasar China. Beragam upaya dilakukan untuk mendorong produk Indonesia masuk pasar China, menjembatani para pengusaha kedua negara, menyusun regulasi, pameran produk Indonesia di berbagai kota di China, hingga menyelenggarakan forum bisnis.
“Produk Indonesia yang beredar di China terus bertambah. Bila tahun lalu ada 5 produk yang masuk Tmall Global (ecommerce milik Alibaba), tahun ini bertambah dua produk,” kata Djauhari Oratmangun dalam teleconference dengan sejumlah media di Hangzhou, China, kemarin.
Lima brand asal Indonesia yang saat ini populer di China adalah Indomie, Kopi Kapal Api, Biskuit Nabati, Kerupuk Udang Papatonk dan Sarang Burung Walet Yan Ty Ty. Sedangkan dua brand yang masuk tahun ini adalah biskuit Tango dan Ellips. “Untuk sarang burung walet produk Indonesia menguasai 27 persen pasar China. Sebanyak 70 persen sarang burung walet ini dikomsumsi wanita. Saat ini sudah ada 21 eksportir, dan 6 eksportir akan segera masuk lagi,” kata dia.
Sementara, buah-buahan pasar China saat ini banyak dipasok oleh produk pertanian di Malaysia, Thailand, Vietnam hingga Filipina. Pasar Indonesia lebih kecil dibanding negara di atas. “Buah yang masuk pasar China saat ini buah manggis. Untuk buah lainnya kita masih negosiasi, seperti buah pisang, mangga, nanas, buah naga dan durian. Dibanding Thailand, kita kalah dalam hal produksi buah sebagai industri. Sementara Indonesia buah masih dari perkebunan rakyat,” kata dia.
Untuk menaikkan ekspor buah-buahan ini, pihaknya saat ini sedang melakukan negosiasi dengan lembaga karantina dan imigrasi China agar mendapat keleluasaan impor buah-buahan. “Negosiasai yang sedang dillakukan antara lain agar bea masuk turun, sehingga produk kita semakin banyak yang masuk,” kata dia.
Upaya lain yang tengah dilakukan Dubes Djauhaia Oratmangun adalah akselerasi terhadap 4 pilar program pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara. Keempat program besar tersebut adalah, mempercepat pertumbuhan ekspor, menaikkan investasi, turisme dan digital ekonomi. “Bila empat program pokok ini bisa kita akselerasi, pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen sangat mungkin terjadi,” kata dia.
Terkait dengan 4 program tersebut di atas, posisi China sangat penting. Indonesia saat ini mengekspor batubara dan minyak sawit. Kedua, mendorong lebih banyak lagi investor dari China masuk ke Indonesia. “Termasuk di bidang digital ekonomi, saat ini sudah ada 4 unicorn, perusahaan digital dengan valuasi di atas US10 miliar. “Tahun depan akan ada 4 unicorn baru. Dengan 4 unicorn saja valuasi sudah di atas US30 miliar dollar. Tahun 2025 bila ada 10 unicorn, dari digital ekonomi bisa berkontribusi di atas US100 miliar,” kata dia.
Djauhari berencana akan membawa 10-15 start up dari Indonesia tahun depan dalam rangka perayaan 70 tahun diplomasi Indonesia - China. “China memiliki pengusaha-pengusaha besar di bidang digital. Dari Alibaba hingga Tencent,” katanya.
Bila semua lancar, Dubes Oratmangun yakin neraca perdagangan Indonesia akan naik lagi hingga di atas US72,6 miliar.
Djauhari Oratmangun sebelum menjabat sebagai Dubes RI di China merupakan pejabat karier di Kementerian Luar Negeri. Ia pernah menjabat sebagai Dubes Indonesia untuk Rusia dan Belarusia dan menerima medali penghargaan “Sovyet Federatsii.20 Let (Dewan federasi 20 Tahun) atas kerjasama meningkatkan hubungan kerjasa sama parlemen kedua negara pada Februari 2016.