Ekonom Mencurigai Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang Terus Stabil

Kamis, 07 November 2019 | 08:05 WIB
Ekonom Mencurigai Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang Terus Stabil
Suasana di Pasar Senen, Jakarta, Jumat (23/3).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih hadapi perlambatan. Hal tersebut terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2019 sebesar 5,02 persen.

Angka tersebut masih jauh di bawah tahun lalu pada periode yang sama, yakni sebesar 5,17 persen. Pun angka tersebut juga lebih rendah dari dua kuartal sebelumnya.

Meski melambat, angka pertumbuhan Ekonomi terus stabil di level lima persen. Bahkan, para ekonom tak percaya dan merasa curiga Ekonomi Indonesia bisa tumbuh stabil lima persen di tengah ketidakpastian global.

"Kami tidak memiliki kepercayaan banyak pada angka-angka resmi PDB Indonesia, yang telah stabil selama beberapa tahun terakhir," kata Ekonom di Capital Economics Ltd Gareth Leather seperti dilansir Bloomberg pada Kamis (7/11/2019).

Baca Juga: Lesu, Ekonomi Indonesia Bakal Stagnan di 5 Persen

Selain Leather, Ekonom di Natixis SA di Hong Kong, Trinh Nguyen, juga mempertanyakan angka-angka dalam sebuah posting di Twitter.

"Saya tidak tahu bagaimana ekonomi dapat tumbuh pada tingkat yang sama untuk waktu yang lama tetapi Indonesia miliki," katanya.

"Pengeluaran pemerintah lemah dan investasi melambat dan impor mengalami kesulitan."

Namun, Kepala BPS Suhariyanto memastikan perhitungan pertumbuhan ekonomi dilakukan sesuai dengan pedoman yang ketat dan dipantau secara independen oleh lembaga termasuk Dana Moneter Internasional (IMF).

"Jika saya melakukan sesuatu dengan data, IMF akan mengetahuinya," kata Suhariyanto kepada wartawan di Jakarta.

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Jeblok, Presiden Jokowi : Alhamdulillah

"Dan jika itu terjadi, bukan hanya BPS yang akan menanggung rasa malu," katanya, menambahkan.

"Apa yang saya lindungi bukan hanya kredibilitas BPS, tetapi juga kredibilitas negara."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI