Suara.com - Saat ini dunia tengah mengalami twin distruption yaitu kehadiran milenial dan percepatan teknologi. Kehadiran kaum milenial telah menggeser peta nilai dari pola konsumerisme di masyarakat secara global.
Mereka menuntut agar setiap produk dan layanan yang diberikan dapat dihadirkan secara lebih cepat, lebih baik, lebih murah, dan lebih mampu memberikan pengalaman yang dirasa nyaman.
Dan hal ini semakin difasilitasi dengan kecepatan laju teknologi yang kini bisa membuat segala sesuatu yang awalnya bahkan tidak terpikirkan bisa betul-betul terjadi.
Kehadiran para kaum milenial pula telah menjadi salah satu pemicu lahirnya sebuah era yang tidak cukup lagi bagi para pelaku industri untuk menghasilkan sesuatu dengan ritme dan pola peningkatan yang incremental.
Baca Juga: Survei: Kaum Milenial Kini Condong Dukung Ide Sosialisme dan Komunisme
Melainkan kini, diperlukan peningkatan yang eksponensial untuk bisa terus berada dalam kancah ‘permainan’.
Oleh karena itu, siapa yang tidak berubah, ia akan punah. Berubah atau Mati.
Menurut Harvard Business Review (2016) 60-70% inisiasi perubahan kerap mengalami kegagalan. Wow! Dan ternyata, penyebab kegagalan pada inisiatif perubahan adalah lemahnya peran kepemimpinan dalam mengawal perubahan (John Kotter, Harvard Business School).
Berdasarkan informasi diatas, menurut CEO dari Kubik Leadership, Jamil Azzaini menilai, bahwa kepemimpinan adalah prasyarat utama untuk bisa membawa sebuah tim atau organisasi berubah dari satu titik ke titik yang lebih tinggi.
"Karena tanpa kepemimpinan yang tepat, salah salah semua investasi dan upaya yang telah dikeluarkan akan berakhir sia-sia," kata Jamil dalam keterangannya, Rabu (6/11/2019).
Baca Juga: Generasi Milenial Rentan Alami Gangguan Mental, Kenali Pemicunya
Untuk itu menurut Jamil, seorang leader harus peka dan cepat mengambil keputusan, membuat terobosan dan tidak lupa membangun tim.
Katakanlah saat ini Anda telah memilih untuk sadar penuh melakukan aksi-aksi yang eksponensial bersama tim Anda.
Maka sebagai konsekuensinya, upaya yang Anda dan tim lakukan tentulah lebih besar dan lebih menantang daripada biasanya.
Dan konsekuensi lanjutannya adalah, tim Anda bisa berada pada kondisi yang membuatnya merasakan kesulitan.
Kesulitan yang jika tidak ditangani dengan tepat maka akan menghadirkan dampak-dampak negatif bagi diri tim Anda secara personal, dan juga kepada orang-orang di sekitarnya.
Maka untuk menjadi pemimpin yang juga mampu memimpin emosi anak buahnya, penting bagi Anda untuk secara tepat memperlakukan kebutuhan emosi setiap anak buah Anda.
Dan bisa jadi, diperlukan pendekatan yang berbeda untuk kebutuhan dan situasi yang berbeda.
Memahami krusialnya peran pimpinan, PT Kubik Kreasi Sisi Lain (Kubik Leadership) sebuah perusahaan di bidang pengembangan SDM meluncurkan produk terbarunya yaitu Exponential Leader - Lead to Create the Future by Transforming People.
Public Training Exponential Leader membahas secara tuntas era exponential, lengkap dengan prinsip-prinsip penting yang harus dimiliki seorang leader dan senjata rahasia yang harus dijalankan agar mendapatkan keuntungan exponential yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Hadir 120 peserta terdiri dari leader-leader baik korporasi maupun institusi Public Training Exponential Leader dibawakan oleh Jamil Azzaini bersama business Innovation consultant, Indrawan Nugroho.
Jamil Azzaini dikenal sebagai inspirator suksesmulia yang telah menginspirasi lebih 1 juta orang, baik dalam dan luar negeri. Selain inspirator, ia juga seorang penulis buku dan pengusaha.
Pada tahun 2016 ia mendirikan Kubik Leadership dan saat ini menjabat sebagai CEO. Tercatat ia juga pernah menjabat sebagai Direktur Dompet Dhuafa Republika dan sebagai komisaris di beberapa perusahaan.