"Oleh karena itu jangan biarkan saya sendiri. Pertanian bukan bicara di atas meja. Maaf saya orang lapangan, kalau bicara lapangan tunjukkan saya mana masalahnya. Tunjukkan saya di mana dapilnya bapak apa persoalan di dapil itu, kita selesaikan," tambahnya.
Syahrul mengatakan dalam 100 kerja, memfokuskan dalam memperbaiki data pangan. Data merupakan pijakan utama agar benar-benar bekerja dengan tepat guna mewujudkan kedaulatan pangan dan peningkatan kesejaheteraan petani serta sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
"Oleh karena itu, 100 hari ini saya minta kepada seluruh jajaran untuk selesaikan data. Bagaimana mau kerja kalau datanya nggak beres. Oleh karena itu saya selesaikan data ini, saya sudah datangi BPS," sebutnya.
Untuk menghasil data yang akurat, lanjut Syahrul, Kementan bersama BPS dan kementerian terkait dalam waktu dekat ini membangun sistem untuk melakukan pencitraan satelit dengan resonansi tinggi dengan menggunakan artificial intelligence dan menggunakan robot contraction.
Baca Juga: Kementan Targetkan Swasembada Daging Sapi Tercapai Secepatnya
"Sehingga, seperti apa pergerakan pertanian di daerah dan berfungsinya alsintan dapat dimonitor. Saya berharap nanti Januari-Februari nanti saya sudah bisa melapor bahwa 267 juta orang itu sumber panganya kita dapat dari mana. Kita pun tahu daerah mana yang masih bisa ditanam dan kapan akan terjadi panen.
Program lain yang menjadi fokus Kementan, Syahrul mengungkapkan yakni membangun sistem Komando Strategi Pertanian (Kostra Tani) hingga tingkat kecamatan, perbaikan konsep asuransi dan bank pertanian, mengidentifikasi pengembangan industri pangan yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan menjamin ketersediaan pangan strategis 3 bukan ke depan untuk 267 juta jiwa.
"Peningkatan kapasitaa penyuluh melalui Kostra Tani sangat penting. Penyuluh kita adalah Kopassus pertanian. Kita nggak boleh kalah, penyuluh itu adalah agenda intelektualnya petani. Kalau di agenda mereka sistemnya tertinggal, maka semua tertinggal. Karena itu manajemen hulu dan hilir, manajemen pemupukan, manajemen penyiangan nya harus jelas dikuasai penyuluh," beber Syahrul.
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR RI, Firman Subagio menyebutkan tantangan pembangunan pertanian ke depan adalah jumlah populasi penduduk dunian. Di tahu 2050, penduduk dunia akan berkembang mencapai 9 miliar jiwa, yang akan diikuti dengan munculnya masalah krisis energi dan pangan.
Pertanian, lanjutnya, menjadi sektor penting memenuhi kebutuhan energi dan pangan, sehingga tanggung jawabnya ada di dunia pertanian dan Kementan memegang peranan penting.
Baca Juga: Kementan dan Sultra Kerja Sama Jadikan Konsel Lumbung Komoditi Hortikultura
"Saya menekankan kembali, kita budayakan makanan lokal dan membangun sistem substitusi pangan. Bayangkan berapa devisa negara yang terkuras dari adanya impor gandum, padahal hal ini bisa disubstitusi dengan singkong," ujarnya.