"Semua proses nanti di sini end to end, dari awal dan akhir di sini, jadi (produknya) mau dibawa ke mana saja, sudah siap bisa jalan,” kata Moeldoko.
Dengan keberadaan dua divisi itu, PT MAB menargetkan bisa memenuhi target permintaan dari sejumlah pihak.
Misalnya, PT Paiton energy memesan sejumlah 4 unit. Setelah itu, ada pesanan dari Perum PPD sebanyak 110 unit. Belum lagi ditambah dari sejumlah perusahaan maskapai untuk operasional bus di bandara.
"Satu unit bisa dikerjakan tiga minggu, kalau sudah produksi, pesanan satu bulan bisa selesai 100 unit atau per hari lima unit," Moeldoko menjelaskan.
Baca Juga: Jadi Karya Anak Bangsa, Begini Spesifikasi Bus Listrik PT MAB
Saat ini, produksi bus listrik dikerjakan pada dua tipe, yakni low deck bagi segmen bus listrik angkutan massal seperti Trans Jakarta, dan hight deck untuk bus angkutan karyawan atau bus pariwisata.
"Dimensinya ada 12 meter untuk bus angkutan massal, 8 meter dan ke bawah untuk angkutan sekelas angkutan kota," katanya.
Moeldoko mengatakan, pada penyerahan produksi perdana bus elektrik kepada PT Paiton Energy, membuktikan perusahaan sekelas PT Mitsui, selaku operator pembangkit listrik Paiton Jatim, mengakui kehandalan dan kebutuhan bus ramah enegi dan lingkungan.
"Kalau dikonversi, bus listrik bahan bakarnya lebih irit 1/3 dari kendaran konvensional. Kelebihan lainnya, soal perawatan itu zero. Paling hanya ganti ban, rem, tapi yang lainnya relatif tak ada. Terlebih, bus listrik ini memberikan udara bersih kepada masyarakat, dengan harapan lingkungan menjadi sehat,” kata Moeldoko menambahkan.
Baca Juga: Kenapa Bus Listrik PT MAB Tidak di Jakarta? Ini Penjelasan Moeldoko