Suara.com - Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra memprediksi pergerakan rupiah pada awal November ini berbalik arah jadi tertekan dolar Amerika Serikat (AS).
Menurut pengamatannya, penguatan itu terdampak potensi gagalnya perjanjian dagang AS - China bisa menekan rupiah.
Sementara, tambahnya, laporan inflasi Indonesia mungkin tidak terlalu berpengaruh ke rupiah.
"Rupiah bergerak di kisaran Rp 14.000 - Rp 14.100," kata Ariston Tjendra dalam riset hariannya di Jakarta, Jumat (1/11/2019).
Baca Juga: SPKLU Muncul di Mall, Pengguna KBL Semakin Dimudahkan
Berdasarkan data Bloomberg pergerakan rupiah pada Kamis kemarin (31/10/2019) lalu berada di level Rp 14.030 per dolar AS. Level itu melemah dari pergerakan Rabu lalu di level Rp 14.007 per dolar AS.
Sementara, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah pada Kamis kemarin berada di level Rp 14.008 per dolar AS. Posisi itu menguat dibandingkan pada Rabu sebelumnya (30/10/2019) yang di level Rp 14.045 per dolar AS.