Suku Bunga Turun, Likuiditas Bank Masih Ketat

Minggu, 27 Oktober 2019 | 17:31 WIB
Suku Bunga Turun, Likuiditas Bank Masih Ketat
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (tengah) didampingi jajaran Deputi Gubernur (kiri ke kanan) Sugeng, Mirza Adityaswara, Erwin Rijanto dan Rosmaya Hadi bersiap memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur tambahan di kantor pusat BI, Jakarta, Rabu (30/5).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan penurunan suku bunga acuan yang dilakukan Bank Indonesia (BI) saat ini belum mampu untuk menstimulus kinerja bank-bank dalam negeri keluar dari masalah likuiditas yang ketat. Besaran suku bunga yang diturunkan BI sebesar 25 bps atau menjadi 5 persen.

Dia bilang, masalahnya saat ini Loan Deposit Ratio (LDR) bank secara rata-rata mencapai 94,6 persen yang artinya bank mati-matian harus berebut dana murah.

"Tapi di saat kondisi likuiditas bank mengetat maka transmisi nya akan sangat lambat. Jadi dampak penurunan ke suku bunga KPR pun akan relatif lama," kata Bhima saat dihubungi Suara.com, Minggu (27/10/2019).

"Jika bank terlalu cepat ikuti BI (respons penurunan suku bunga) khawatir dana akan pindah ke bank yang mempertahankan bunga tinggi," tambah Bhima.

Baca Juga: Suku Bunga Acuan BI Turun Lagi 25 Basis Poin Jadi 5 Persen

Bhima menjelaskan saat ini persaingan antar 115 bank dinilai membuat bank bank kecil paling menderita di tengah perang likuiditas.

"Merger dan akuisisi berjalan sangat lambat. Idealnya OJK juga harus mendorong konsolidasi perbankan agar transmisi penurunan bunga acuan lebih cepat," ucapnya.

"Jadi masalah yang harus dipecahkan adalah pelonggaran likuiditas. BI bisa turunkan lagi GWM (Giro Wajib Minimum) nya atau lakukan operasi moneter lain," tambah Bhima.

Maka dari lanjut Bhima, untuk bank yang likuiditasnya ketat, pilihan menawarkan obligasi bisa jadi alternatif pendanaan. Namun, di tengah resiko pasar yang naik, tidak semua bank bisa terbitkan obligasi dan laku.

"Bank kecil misalnya, cenderung konservatif. Mau terbitkan obligasi khawatir bunga nya juga mahal, dan segmentasi pembelinya terbatas. Jadi tidak semua bank bisa dengan cara terbitkan obligasi. Buat bank buku 3 dan 4 relatif mudah," katanya.

Baca Juga: The Fed Beri Sinyal Turunkan Suku Bunga Acuannya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI