Sementara di Indonesia, holding koperasi itu baru diuji coba oleh Kementerian Koperasi dan UKM pada 2018 lalu.
Bisnis start up yang diciptakan oleh Kopkun untuk mengambil segmentasi pasar kelas menengah. Sebab, lapisan masyarakat tersebut cenderung malas, karena pengin yang serba cepat dan instan.
Segmennya rata-rata masyarakat perkotaan dan mahasiswa. Start up – start up itu kini mulai berkembang.
Contohnya Beecer.com, yang sudah diunduh oleh 2.800 pengguna dan dengan 2.400 register. Soal transaksi, per bulan rata-rata 200 kali.
Baca Juga: Pengembangan e-koperasi Berbasis Android
Padahal aplikasi Beecer.com baru dioperasionalkan pada April 2019, artinya baru sekitar lima bulan.
“Itu bagus, karena baru lima bulan sudah mencapai angka 2.800 download tanpa 'menggoreng' duit. Kami enggak punya duit seperti unicorn. Yang download aplikasi 2.800 itu enggak 'menggoreng' kayak promo voucer dan sebagainya,” ujar dia.
Dia mengungkapkan, Kopkun referensinya dari koperasi kampus di Asia Pasific, terutama Korea dan Jepang.
Jadi, koperasi kampus itu berdiri sendiri, mereka punya legalitas masing masing. Kenapa dinamakan koperasi kampus, karena backbone atau saluran penyangganya adalah masyarakat kampus.
Kekinian, Kopkun group memiliki total karyawan sekitar 100 orang. Karyawan yang bekerja di 4 swalayan ada 60 orang, koperasi simpan pinjam 12 orang, perseroan terbatas 5 orang, dan di lembaga inkubator memiliki 2 karyawan.
Baca Juga: Naik 'Motor Koperasi', Ojol Akui Lebih Gacor Sampai Asapi Skutik 150 cc
Rencana pada tahun mendatang, Kopkun akan membuka swalayan di kota-kota lain dengan sistem kemitraan dengan pihak lain.