Suyatno, pengusaha yang berkecimpung di usaha ubi jalar mengatakan keperluan bahan baku ubi jalar segar sekitar 15 ton per hari.
"Sebanyak itu dipakai untuk 29 pengusaha pengolahan ubi jalar, yang produknya yang dipasarkan ke Jakarta, daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur," ungkapnya.
Kunjungan berikutnya ke usahanya Widodo, pemilik CV Makmur Abadi Jaya, di Desa Puntuk Rejo, Kecamatan Ngargoyoso, yang puluhan tahun menjadi eksportir olahan ubi jalar dalam bentuk stik.
Widodo menjelaskan, produknya 100 persen diekspor ke Korea, sekitar 1.800 ton per tahun. Suplai bahan bakunya berasal dari petani ubi jalar di wilayahnya.
Baca Juga: Atasi Stunting, Kementan dan FAO Garap Program Obor Pangan Lestari
Pasokan dari petani lancar dan harga bagus, buktinya sudah rutin masuk Korea.
"Usaha pengolahannya mampu membuka lapangan pekerjaan. Ada tenaga kerja warga sini cukup banyak, sekitar 60 orang," sebutnya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar, Supramnaryo berharap, akan meningkatkan pembinaan ke petani ubi jalar untuk memperluas areal saat ini, yaitu 1.000 hektare, sekaligus meningkatkan produktivitasnya. Saat ini produktivitas sekitar 40 sampai 45 ton dan umur panen 6 bulan.
"Harga ubi di petani Rp 3.000 sampai 3.500 per kilogram dan bila diolah menjadi keripik Rp 18.500 per kilogram, dengan perbandingan 3 kilogram ubi menjadi 1 kilogram keripik," jelasnya.
Baca Juga: Kementan Ingatkan Semua Pihak untuk Mewaspadai Benih Bawang Putih Oplosan