Beberapa kawasan lahan rawa yang potensial, antara lain Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai Tengah(HST), Hulu Sungai Utara (HSU), Balangan dan Tabalong.
"Lahan rawa lebak paling luas berada di Kabupaten Tapin, HSS dan HSU yang mencapai ratusan ribu hektare, sehingga akan terus diberdayakan dengan dua pola, yakni modernisasi teknologi mekanik dan pola kearifan lokal," tutur Syamsir.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, Kementan mengucurkan anggaran Rp 600 miliar untuk Program Serasi di Kalsel. Dengan program ini, lahan rawa yang selama ini nganggur diolah dan dieffektifkan menjadi lahan pertanian.
"Anggaran yang dikucurkan sendiri sesuai dengan luasan lahan yang dikelola. Di mana setiap hektarenya dianggarkan Rp 4,3 juta," katanya.
Baca Juga: Atasi Stunting, Kementan dan FAO Garap Program Obor Pangan Lestari
Ia menambahkan, Kalsel memiliki lahan rawa hampir 80 persne dan merupakan potensi besar. Namun untuk mengoptimalkan potensi tersebut tidak mudah.
Bukan hanya tanahnya yang memerlukan waktu untuk proses perbaikan, sumber daya manusia (SDM) juga menjadi kendala.
"Contohnya, lahan yang sebelumnya sudah dibuka untuk budi daya padi, ternyata tidak ada penduduknya, sehingga pemerintah kesulitan mencari yang akan bertanam," ungkapnya.
Karena itu kemudian, pemerintah memberikan contoh cara mengelola lahan rawa dan memfasilitasinya hingga berjalan di Jejangkit. Bahkan kini akses di lokasi Jejangkit sudah jauh lebih baik dan desanya pun terbangun.
"Awalnya, akses jalanannya tidak bisa dilalui mobil karena hanya jalan kecil, lalu dengan adanya optimalisasi lahan rawa tersebut akhirnya dibuat jalan untuk mobilisasi alat-alat berat. Jalannya sudah diaspal, listrik juga, pompa besar. Kini, lokasi ini juga ada integrasi ternak ayam, itik, ikan, juga komoditas pertanian lainnya seperti sayuran," pungkasnya.
Baca Juga: Kementan Ingatkan Semua Pihak untuk Mewaspadai Benih Bawang Putih Oplosan