Suara.com - Kepercayaan investor di pasar finansial terhadap kondisi perekonomian global merosot tajam dipicu oleh perang dagang Amerika Serikat dan China yang berkepanjangan.
Kekhawatiran para investor tersebut tercermin dari hasil survei terhadap para investor pasar finansial yang dituangkan dalam Katadata Investor Confidence Indeks (KICI).
Hasil survei KICI pada kuartal III 2019 menunjukkan bahwa nilai KICI mencapai level terendah sejak Kuartal IV 2018. KICI menurun tajam hingga -12,4% dari 146,8 pada kuartal sebelumnya menjadi 128,6 pada Q-3 2019.
KICI adalah sebuah Indeks yang menggambarkan keyakinan investor institusi terhadap perekonomian dan pasar keuangan untuk kondisi saat ini dan tiga bulan ke depan.
Baca Juga: Sulit Bangkit, IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global
Survei KICI disusun dengan cara menjaring persepsi investor berdasarkan Indeks Situasi Sekarang (ISS) saat survei dilakukan pada September 2019 dan Indeks Ekspektasi (IE), prospek tiga bulan ke depan (Oktober – Desember 2019).
Persepsi investor tersebut dilihat dari pandangan mereka terhadap kondisi ekonomi domestik, ekonomi global, kinerja pasar saham, prospek apresiasi nilai portofolio serta kemungkinan penambahan investasi di pasar modal.
Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa ISS dan IE sama-sama menunjukkan penurunan.
Penurunan tersebut terjadi pada ISS sebesar minus -18,1 persen, dari 145,1 pada kuartal II menjadi 118,8 (Kuartal III 2019). Penurunan ISS terutama dipicu oleh penilaian investor yang buruk terhadap kondisi perekonomian global yang menurun tajam dari 126,2 (Kuartal II) menjadi 81,3 (Kuartal III) atau turun -35,6%.
Angka di bawah 100 untuk indikator perekonomian global adalah yang pertama kali terjadi sejak pengukuran KICI dilakukan pada Kuartal IV 2018. Angka di bawah 100 menunjukkan bahwa porsi investor yang pesimistis terhadap perekonomian global jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan investor yang optimistis.
Baca Juga: Suramnya Prospek Ekonomi Global Versi IMF
Eskalasi perang dagang antara Amerika vs China serta kondisi geopolitik yang semakin memanas dan berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia menjadi faktor pemicu besarnya pesimisme investor ini.
“Perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok memberikan dampak perlambatan ekonomi global. Ini berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia melalui penurunan ekspor,” jelas Damhuri Nasution, panel ahli Katadata Insight Center dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Rabu (16/10/2019).
Badan Pusat Statistik mencatat ekspor Indonesia pada Agustus 2019 sebesar US$ 14,28 miliar atau turun 7,6 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Dalam publikasi pada pertengahan September lalu, BPS menyebut secara year on year, ekspor migas menurun 9,99 persen dari 1,43 miliar dolar AS menjadi 0,88 miliar dolar AS.
Secara kumulatif, nilai ekspor migas Indonesia sepanjang pada Januari hingga Agustus melorot 8,28 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu. Sedangkan ekspor non-migas menurun 6,66 persen pada periode tersebut.
Sedangkan untuk Indeks Ekspektasi, semua indikator penyusunnya juga menurun, dengan penurunan terbesar terjadi pada indikator yang menggambarkan porsi saham portofolio dalam 3 bulan mendatang (turun -14,6%).
Dilihat menurut kelompok investor, optimisme perusahaan asuransi mengalami penurunan paling dalam (turun -16,1%), lalu diikuti oleh Dana Pensiun (turun -13,6%) dan Aset Manajemen (turun -12,4%). Meski dihantui pesimisme atas situasi ekonomi global, secara total level KICI masih di atas 100.
“Ini mengindikasikan bahwa porsi investor yang optimistis sesungguhnya masih lebih besar dibandingkan dengan yang pesimis,” kata Damhuri Nasution.
Survei KICI dilakukan terhadap 272 responden pengelola dana investasi yang berasal dari Manajemen Investasi, Dana Pensiun dan Asuransi yang berinvestasi di pasar keuangan.
Survei dilakukan melalui wawancara per telepon pada 12-26 September 2019. Ratusan investor institusi yang menjadi responden survei ini mengelola dana investasi lebih dari Rp 700 triliun.
Kepercayaan Terhadap Pemerintah Juga Menurun
Selain KICI, Katadata Insight Center juga melakukan pengukuran persepsi investor terhadap kinerja pemerintah yang dituangkan dalam Indeks Kepercayaan Investor terhadap Pemerintah (IKIP).
Hasil survei IKIP pada Kuartal III 2019 juga menunjukkan penurunan dibandingkan kuartal sebelumnya. IKIP pada triwulan ketiga berada di posisi 161,5 atau turun dari posisi 175,8 pada triwulan kedua.
Penurunan terbesar disumbang oleh menurunnya penilaian investor atas kemampuan pemerintah dalam memberikan kepastian hukum dan rasa keadilan. Kepercayaan atas kepastian hukum dan rasa keadilan ini turun dari posisi 160,8 pada Q-2 2019 ke posisi 129,8 pada Q-3 2019.
Padahal sebelum Pemilu (IKIP Kuartal II 2019) penilaian pada indikator ini naik 16,1 poin dari kuartal sebelumnya.
“Keputusan pemerintah dan DPR untuk merevisi beberapa UU menimbulkan pro dan kontra di masyarakat yang kemudian berpengaruh terhadap keyakinan investor terkait penegakan
hukum di Indonesia,” kata Wahyu Prasetyawan, panel ahli Katadata Insight Center.
IKIP adalah indeks yang menggambarkan penilaian investor institusi terhadap kinerja pemerintah. IKIP menilai kinerja pemerintah berdasarkan 5 indikator utama yang mencakup kemampuan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja, menciptakan suasana aman dan tenteram, menjaga stabilitas harga barang dan jasa, menyediakan dan merawat infrastruktur, memberikan kepastian hukum dan rasa keadilan.