Suara.com - Festival Keraton Kesultanan Buton 2019 kaya dengan nuansa budaya. Beragam acara adat khas masyarakat Buton ditebar. Seperti Bubusiana Lipu, Tuturangiana Andala, hingga Poagona Lipu.
Harmoni Festival Keraton Kesultanan Buton 2019 digelar 12-17 Oktober. Event itu jadi rangkaian HUT Baubau ke-478, sekaligus ulang tahun ke-18 sebagai daerah otonom.
Acara Bubusiana Lipu digelar Selasa (15/10/2019). Lokasinya ada di Baruga Kelurahan Kaesabu, Baubau, Sulawesi Tenggara.
Tradisi ini didasarkan 5 Limbo Wolio Tanah Buton. Wolio masuk dalam wilayah Baubau dan membentuk sistem pemerintahan tradisional. Mereka menetapkan 4 Limbo (wilayah kecil), yaitu Gundu-Gundu, Barangkatopa, Peropa, dan Baluwu. Atas dasar kesepakatan adat, maka dibentuklah Parabela Kaesabu. Berikutnya, ikut memprakarsai prosesi Bubusiana.
Baca Juga: Kementan Lepas Kopi Amstirdam asal Jatim ke Australia Sebanyak 20 Ton
Pelaksanaan Bubusiana Lipu biasanya ditandai dengan pemukulan kendang. Semakin unik, penentuan waktu ritual didasarkan arah kepala ayam yang disembelih tokoh adat.
“Masyarakat Buton memiliki banyak ritual adat. Semuanya jadi bentuk harmoni. Pembelajaran untuk terus menjaga keseimbangan dengan alam,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Baubau Ali Arham, Selasa (15/10/2019).
Sedangkan Poagona Lipu digelar di Kelurahan Sukanaeo, Baubau, pada Senin (14/10/2019). Berada di Pulau Makassar, Poagona Lipu jadi ritual selamatan atau ruwat bumi. Sebab, tanah ini memberikan banyak kehidupan bagi masyarakat. Selain doa-doa, Poagona Lipu menampilkan beragam sesaji. Berupa hasil pertanian. Ada padi, jagung, singkong, ubi jalan, juga kelapa.
“Beragam ritual adat tentu menjadi kekuatan dan daya tarik festival ini. Ritual tersebut mengajarkan banyak pengetahuan, khususnya bagaimana mengelola alam. Kalau keseimbangan tercapai, maka hidup akan tenang. Berkah mengalir dari Tuhan melalui kekayaan alam, baik di darat maupun di laut. Baubau kaya potensi baharinya,” terang Ketua Tim Pelaksana Calendar of Event Kemenpar Esthy Reko Astuty.
Festival Keraton Kesultanan Buton 2019 pun menggelar Tuturangiana Andala. Tradisi ini untuk menjaga harmoni di laut, Senin (14/10/2019). Tuturangiana Andala jadi ajang pelarungan sesaji di laut. Selain keselamatan, masyarakat berharap laut tetap menjadi pintu rizki bagi mereka.
Baca Juga: Kementan Dorong Kawasan Perbatasan Jadi Lumbung Beras dan Ekspor
“Daratan dan lautan menjadi pintu rejeki bagi banyak masyarakat di nusantara. Mereka juga memiliki ritual dengan jenis seperti Tuturangiana Andala. Piranti sesajinya juga khas, termasuk Tuturangiana Andala ini,” jelas Esthy lagi.
Pelaksanaan Tuturangiana Andala sangat khas. Sesaji diletakan ke dalam 4 wadah dan di atasnya lalu diberi beragam kue kering khas Buton. Berikutnya, seekor kambing lalu disembelih. Darahnya diletakan ke dalam batang bambu. Batang berisi darah kambing lalu diletakan bersama sesaji kue kering tersebut bersama buah kelapa muda. Sesaji lalu diangkut memakai perahu dan diletakan pada 4 penjuru angin.
“Acara-acara adat semakin memperkaya festival. Bagaimanapun, festival tersebut menjadi ungkapan doa dan rasa syukur atas kekayaan Baubau yang melimpah. Ritual itu juga menjadi refleksi penyadaran untuk terus menjaga kelestarian alam. Kalau alam lestari, maka semakin bermanfaat bagi semua,” tegas Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.
Rangkaian acara adat ini melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Bahkan ritual Tuturangiana Andala dan Poagona Lipu diikuti seluruh masyarakat Pulau Makassar. Mayoritas mereka ini berprofesi sebagai nelayan.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya memaparkan, beragam ritual adat akan tetap lestari dan dilakukan turun temurun. Sebab, masyarakat memiliki kesadaran luar biasa.
“Masyarakat Buton memiliki budaya yang beragam. Mereka memiliki ritualnya untuk memuliakan alam beserta seluruh kekayaannya. Harmoni manusia dan alam akan terus terjadi, apalagi masyarakat di sana memiliki kesadaran. Mereka layak diapresiasi karena melestarian beragam potensi alam dan budaya,” tutup Arief yang juga Menpar Terbaik ASEAN.