Suara.com - Ekonomi Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh tinggi dengan adanya bonus demografi. Di mana sebagian besar penduduk merupakan angkatan usia produktif usia 15-64 tahun. Puncak bonus demografi ini pun diprediksi terjadi pada tahun 2030.
Tapi bonus demografi ini, jika tidak dimanfaatkan dengan benar justru bisa menjadi boomerang bagi pemerintah.
Hal tersebut dikatakan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani saat ditemui di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Selasa (15/10/2019).
"Penduduk miskin datanya bisa dilihat di BPJS Kesehatan. PBI (Penerima Bantuan Iuran) sudah mencapai 96,8 juta hampir 30 persen dari populasi penduduk 260 juta, artinya mesin pertumbuhan ekonomi berat menjadi beban," kata Hariyadi.
Baca Juga: Peningkatan Jumlah Perokok Anak Dinilai Bakal Jadi Bencana Demografi
Memang berdasarkan data, pemerintah menanggung 134 juta yang masuk PBI. Menurut data Kemenkeu sesuai data BPS, per Maret 2019, persentase penduduk miskin adalah sebesar 9,41 persen, atau 25,14 juta orang.
"Artinya kita bukan menikmati bonus demografi tapi beban demografi. Poinnya adalah kembali kepada bagaimana mengoptimalkan produktivitas penduduk," kata Hariyadi.
Menurut Hariyadi, bonus demografi harus disikapi dengan benar agar tak menjadi boomerang di kemudian hari.
"Caranya adalah harus diberikan kesempatan lapangan kerja yang formal, bukan saya tidak setuju informal karena lapangan kerja informal akan keluar dari sistem pencatatan ekonomi kita," tambahnya.
Baca Juga: Mau Indonesia Maju, Bappenas Minta Bonus Demografi Dimanfaatkan