Suara.com - Perekonomian Singapura mulai terhindar dari resesi atau kemunduran ekonomi. Hal imi setelah perekonomiannya bisa tumbuh 0,6 persen pada kuartal III 2019 dibanding kuartal sebelumnya.
Seperti dilansir CNBC, Departemen Perdagangan dan Industri mencatat secara tahunan ekonomi Singapura hanya tumbuh 0,1 persen. Tapi, pertumbuhan itu lebih baik dibanding dua kartal sebelumnya yang merosot hingga 3,3 persen.
Resesi yang terjadi pada ekonomi Singapura dua kuartal sebelumnya imbas dari ketidakpastian global terutama soal perang dagang AS-China.
Bank sentral Singapura pun telah melonggarkan kebijakan moneter dengan mengurangi kemiringan pita kebijakan dolar Singapura - disebut sebagai nilai tukar efektif dolar Singapura.
Baca Juga: Cegah Diabetes, Pemerintah Singapura Batasi Iklan Minuman Ringan
Bank sentral menyesuaikan kebijakan moneter dengan mengelola nilai tukar dolar Singapura.
Singapura, sebuah negara kecil di Asia Tenggara, memiliki salah satu rasio perdagangan terhadap PDB tertinggi di dunia. Itu membuat ekonominya sangat sensitif terhadap arus perdagangan global dan siklus bisnis.
Ekonom di bank Malaysia CIMB Private Banking Song Seng Wun mengatakan, Singapura tak bisa mengimbangi pasar global yang menurun karena pasar domestik yang kecil.
"Yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha melindungi pekerjaan di sini," kata Song, menambahkan bahwa itu dapat dilakukan dengan mempercepat infrastruktur dan pengeluaran sosial.
Baca Juga: ASEAN Youth Fellowship 2019 Kumpulkan 39 Pemimpin Muda di Singapura