Kementan Dorong Pengendalian Penyakit Blas dengan Agens Hayati

Senin, 14 Oktober 2019 | 09:50 WIB
Kementan Dorong Pengendalian Penyakit Blas dengan Agens Hayati
"Global Science Conference on Smart Agriculture" ke-5, Jimbaran, Bali, Selasa (8/10/2019). (Dok : Kementan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penggunaan agens hayati sekarang ini semakin diminati petani. Karena itu, Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong petani agar mulai memanfaatkan penggunaan agens hayati untuk pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).

Petugas OPT dari Balai Besar Peramalan OPT Jatisari, Kementan, Irwan mengatakan bahwa
penggunaan agens hayati ini ramah lingkungan, mudah diperoleh bahannya. Bahkan, lebih murah dan aman secara ekologis.

"Salah satu penyakit yang bisa ditangani dengan agens hayati adalah blas. Penyakit blas adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae. Ciri penyakit ini dapat dilihat dari gejala khasnya, blas daun berbentuk belah ketupat," kata Irwan di Karawang, Minggu (13/10/2019).

"Ciri penyakit blas yang lebih khas adalah warna gejalanya abu di pusat dikelilingi warna kuning kemudian coklat di bagian terluar," tambahnya.

Baca Juga: Kementan Ajak Milenial Manfaatkan Teknologi untuk Tingkatkan Daya Saing

Irwan menjelaskan, jika blas daun tidak segera ditangani bisa mengakibatkan neck blas atau patah leher. Akibatnya, mulai hampa sehingga mengurangi produktifitas.

"Cara pengendaliannya dengan penggunaan Paenibacillus. Selain aplikasi di persemaian dan pertanaman, Paenibacillus juga diaplikasikan pada saat benih belum sebar dengan cara perendaman selama 15 sampai 20 menit,” terangnya.

Terpisah, Rusli dari Kelompok Tani Nanjung Jaya Desa Ujung Jaya Kecamatan Ujung Jaya Sumedang mengungkapkan, hamparannya pada 3 tahun lalu merupakan daerah endemis blas dengan tingkat serangan mendekati 30 persen. 

"Jika serangan blas berkembang menjadi teklik atau patah leher bisa menyebabkan berkurangnya produksi," sebutnya.

Rusli menjelaskan untuk mengendalikan penyakit Blas ini yakni dengan menggunakan Paenibacillus polymyxa dengan dosis 5 cc/liter air. Pengaplikasianya yakni pada persemaian, umur 2 minggu setelah tanam (MST), 4 MST, 6 MST dan 8 MST.

Baca Juga: Kementan Validasi Berkurangnya Luas Baku Lahan Sawah di Sumatera Utara

"Alhamdulillah serangan blas bisa ditekan menjadi 5 persen dan tidak berkembang menjadi patah leher. Paenibacillus lebih murah dibandingkan dengan fungisida," jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI