Disukai di Jepang, Pasar Ekspor Talas Asal Banten Terbuka Lebar

Jum'at, 27 September 2019 | 11:01 WIB
Disukai di Jepang, Pasar Ekspor Talas Asal Banten Terbuka Lebar
"Si Beneng", talas asal Banten. (Dok: Kementan).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Setelah umbi dipanen, kelompok wanita tani (KWT) dan UMKM sekitar akan mengolah umbi tersebut untuk meningkatkan nilai tambah Si Beneng. 

“Si Beneng banyak dibudidayakan di Kecamatan Karang tanjung, Pandeglang, Majasari, Kadu Hejo, Mandalawangi, Saketi, Menes, Pulosari, Jiput, Carita, Cisata, dan Cadasari, Kabupaten Pandeglang Banten. Hingga saat ini, budi daya Si Beneng masih terus dimaksimalkan, karena melihat potensi dan permintaan pasar”, jelas Dudi, yang juga dikenal sebagai penggiat Talas Beneng.

Menurut lelaki yang dikenal sebagai penggiat Talas Beneng ini, Si Beneng umumnya dipasarkan ke masyarakat dalam bentuk segar atau olahan berupa keripik talas. Sementara untuk tepung talas beneng akan diolah menjadi donat talas, mi talas, ice cream talas, brownies talas dan aneka kue kering.

Hingga saat ini, lanjut Dudi, produksi Si Beneng per bulan di Kabupaten Pandeglang dapat mencapai 28 ton per bulan dan dijual dalam bentuk tepung ke area Jabodetabek sekitar 3 sampai 4 ton per bulan. Sementara untuk bentuk segar dipasarkan ke Malang untuk diekspor ke Belanda, dengan volume 16 sampai 20 ton per bulannya. 

Baca Juga: Kementan Minta Penyaluran Pupuk Bersubsidi Tepat Sasaran

“Potensi Talas Beneng untuk dikembangkan masih sangat besar, terutama untuk aneka pangan lokal, yang saat ini sedang banyak berkembang dan menggunakan talas sebagai bahan bakunya. Talas jenis ini mengandung protein yang lebih tinggi dan memiliki warna kuning yang menarik, sehingga menjadi ciri tersendiri yang tidak dimiliki talas lain,” terangnya.

Dudi menambahkan, Si Beneng merupakan sebagai salah satu pangan alternatif potensial yang kebutuhan domestiknya mencapai 3 sampai 10 ton per bulan untuk produk tepung talas beneng, dan 30 ton per bulan dalam bentuk umbi segar untuk memenuhi permintaan ekspor ke Belanda melalui pengerajin di Malang.

Potensi peningkatan produksi sangat dimungkinkan, karena permintaan pasar belum dapat dipenuhi secara maksimal. 

“Saat ini, petani memerlukan dukungan pemerintah melalui bantuan sarana produksi pertanian untuk meningkatkan produksi Si Beneng,” tutupnya.

Baca Juga: Kementan Lihat secara Langsung Proses Olah Tanah di Provinsi Riau

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI