Suara.com - Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) atau Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sofyan Djalil menegaskan pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur tidak membuat fungsi hutan sebagai paru-paru dunia hilang.
Sofyan menyatakan, dari 180 ribu hektare lahan tersebut, tak semuanya dibangun. Tetapi, beberapa lahan akan direvitalisasi menjadi kawasan hijau.
"Misalnya Bukit Soeharto akan direvitalisasi, tapi hutan lindung. Sehingga fungsi hutan sebagai paru-paru dunia dan tanah itu sebagai fungsi ekosistem itu akan jauh lebih baik," ujarnya dalam konferensi pers di kantornya, Jalan Sisingamangaraja Jakarta, Selasa (24/9/2019).
Menurut Sofyan, saat ini pihaknya masih melakukan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Pemanfaatan dan Penggunaan Tanah (IP4T). Sofyan pun baru menginvetarisasi lahan sebanyak 40 ribu hektare dari total 180 ribu hektare.
Baca Juga: Lahan Ibu Kota Baru Terdampak Karhutla, Kepala Bappenas: Itu karena Angin
"Core ibu kota, IP4T sedang dilakukan. Sangat besar tanah hutan, atau yang dikuasai langsung negara, dalam hal ini oleh KLHK," jelas dia.
Mantan Kepala Bappenas ini menambahkan, dari 180 ribu hektar tersebut sebanyak 90 persen merupakan kawasan hutan. Sisanya, 10 persen merupakan lahan warga setempat
"Sebagian besar sekali adalah tanah hutan," kata dia.