Boeing Klaim Keluarkan 144,5 Ribu Dolar AS Bagi Korban Kecelakaan

Selasa, 24 September 2019 | 09:05 WIB
Boeing Klaim Keluarkan 144,5 Ribu Dolar AS Bagi Korban Kecelakaan
Sebuah pesawat Boeing 737 Max 8 di Saint Petersburg, Rusia pada Juni 2018 [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Produsen pesawat Boeing Company mengklaim telah membayarkan sebagian dana bantuan kepada korban kecelakaan di Indonesia dan Ethiopia. Sebanyak, 144,5 ribu dolar Amerika Serikat (AS) telah disalurkan dari total 50 juta dolar AS dana bantuan.

Seperti dilansir Reuters, dana ini disalurkan melalui pengacara di Washington, Ken Feinberg dan Camille S Biros yang menerima klaim dari keluarga korban. Pengajuan klaim terakhir pada 31 Desember 2019.

Boeing 737 Max 8 dipamerkan di Farnborough, Inggris pada Juli 2018. [Shutterstock]
Boeing 737 Max 8 dipamerkan di Farnborough, Inggris pada Juli 2018 [Shutterstock]

"Kami akan menemui semua ahli waris ini, dan memastikan dana akan aman sekaligus terjamin. Sebuah tantangan nyata, karena keluarga korban ini berada di 35 negara ," kata Ken Feinberg.

Untuk diketahui, dalam sebuah pernyataan, Dennis Muilenburg, Chief Executive Officer (CEO) Boeing mengatakan perusahaan merasa simpati kepada keluarga dan orang-orang terkasih atas kecelakaan itu.

Baca Juga: Juara di GP F1 Singapura, Sebastian Vettel Sebenarnya Anak Motor?

"Pembukaan dana ini adalah langkah penting dalam upaya kami untuk membantu keluarga yang terkena dampak," tukasnya.

Boeing juga mengumumkan pada Juli 2019 bahwa mereka berencana untuk menghabiskan 50 juta dolar AS tambahan untuk mendukung pendidikan dan pemberdayaan ekonomi di masyarakat yang terkena dampak.

Hampir 100 tuntutan hukum telah diajukan terhadap Boeing oleh setidaknya selusin firma hukum yang mewakili keluarga korban kecelakaan Ethiopian Airlines, yang datang dari 35 negara yang berbeda, termasuk sembilan warga negara AS dan 19 warga Kanada.

Tuntutan hukum menyatakan bahwa Boeing merancang sistem kontrol penerbangan otomatis. Sistem ini memiliki cacat, secara teknis mengarahkan posisi hidung pesawat lebih rendah dan terjadi pada kasus di Ethiopia dan Indonesia.

Baca Juga: 3 Hits Berita Otomotif Pagi: Viral Begal, Scooter Anti Mainstream

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI