Suara.com - Menghadapi musim kemarau tahun ini, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jendral (Ditjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) mengelola pengairan dengan membangun kolam penampungan air dari sumber air (embung).
Dirjen PSP Sarwo Edhy menjelaskan, di musim kemarau, saat air dari irigasi tidak mencukupi, maka embung bisa dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk mengairi lahan padi atau tanaman pertanian lainnya.
"Saya pesan kepada petani dan masyarakat, agar menjaga dan memelihara embung dengan baik. Jangan sampai rusak atau terbengkalai, karena petani dan masyarakat bisa menggunakan air saat kekeringan," katanya.
Di Cilacap, untuk mengoptimalkan pemanfaatan sarana pengairan, petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Muktisari, Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, mendapat pelatihan khusus tentang cara memanfaatkan embung pertanian dalam upaya adaptasi dan antisipasi perubahan iklim di tingkat usaha tani.
Baca Juga: Kementan : Tak Ada Ruang bagi Oknum yang Selewengkan Alsintan
"Embung di sana sudah dikelola dengan baik, dengan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan pengelolaan dan daya adaptasi yang baik," kata Sarwo.
Belum lama ini juga dilakukan pertemuan Adaptasi Perubahan Iklim di Tingkat Usaha Tani (API-TUT) Kabupaten Cilacap 2019. Dengan adanya pertemuan tersebut, petani bisa memiliki daya adaptif yang meningkat, meskipun terjadi perubahan iklim.
"Pertemuan ini untuk meningkatkan kapasitas petani dalam adaptasi perubahan iklim di tingkat usaha tani," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Lahan dan Irigasi Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap, Mlati Asih Budiarti mengatakan, Adaptasi Perubahan Iklim di Tingkat Usaha Tani (API-TUT) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang perubahan iklim serta meningkatkan pemanfaatan embung pertanian, dam parit dan long storage.
"Pertemuan tersebut membahas cara memanfaatkan embung pertanian, dalam upaya adaptasi dan antisipasi perubahan iklim. Petani diharapkan bisa memiliki daya adaptif yang meningkat meskipun perubahan iklim terus terjadi," harapnya.
Baca Juga: Kementan Dukung Pengembangan Pertanian Korporasi Berbasis Mekanisasi
Kegiatan ini diikuti 20 peserta dari anggota Poktan selama enam kali pertemuan, selama 6 Minggu, dari mulai akhir Juli sampai akhir Agustus 2019. Saat ini, Desa Mutisari telah memiliki embung yang sudah selesai dibangun.
Pada musim hujan yang akan datang diharapkan dapat terisi air, sehingga bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh petani.
"Kami anggota Poktan Dewi Sri, berterimakasih atas pertemuan ini. Dengan ilmu tersebut, kami akan lebih memperhatikan perubahan iklim dengan mengelola embung sebaik-baiknya," kata Ketua Poktan Dewi Sri, Ngadimin Susilo, didampingi Kepala Desa Muktisari, Suyoto.