Suara.com - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) hanya cukup membiayai 10 persen pembangunan di Indonesia. Maka sesuai penerapan teori Pentahelix, dibutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya dengan pengusaha.
Saat itulah kehadiran start up alias perusahaan rintisan dalam pembangunan menjadi penting. Start up yang tumbuh bersama inovasi dan digitalisasi diharapkan bisa mengatasi permasalahan ketimpangan antara perkotaan dan perdesaan, terutama di Jabar.
Emil mengungkapkan, di masa kepemimpinannya, Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jabar fokus pada pembangunan di desa.
"Saya ajak mereka (start up) turut menyelesaikan permasalahan," kata Emil, saat menghadiri "Ignite The Nation: Gerakan Nasional 1000 Startup Digital Satu Indonesia", di Graha Sanusi Hardjadinata Unpad, Kota Bandung, Minggu (15/9/2019).
Baca Juga: Ridwan Kamil : Jabar Masagi Hantarkan Indonesia Jadi Negara Adidaya 2045
"(Pembangunan) Jabar (wilayah) tengah ke utara maju, tapi (wilayah) Jabar tengah dan selatan tertinggal, baik infrastrukturnya, akses, dan lainnya," tambahnya.
Dengan tema "Kontribusi Startup Digital terhadap Ekonomi Perdesaan Jawa Barat", kegiatan ini diikuti oleh 1.000 calon start up digital milenial dan generasi Z se-Jabar.
Emil pun berharap, start up bisa membantu masyarakat di desa, yang belum mengerti menyiasati perubahan zaman. Menurutnya, start up harus menghadirkan sebuah gagasan, inovasi dan digitalisasi yang mampu merangkul semua kalangan atau bersifat inklusi.
"Apa yang terjadi, anak-anak Jabar yang tertinggal di desa banyak pindah ke kota. Yang tertinggal di desa hanyalah generasi orang tuanya," tutur Emil.
Baca Juga: Sukses Terapkan Teknologi, Ridwan Kamil Raih Transformasi Digital Leader