Suara.com - Kepergian Presiden RI ke-3 BJ Habibie meninggalkan kesedihan mendalam bagi rakyat Indonesia. Banyak orang yang mengenang jasa beliau saat menjabat sebagai pemimpin negara. Salah satu yang tak terlupakan, BJ Habibie berhasil memulihkan nilai tukar rupiah yang melambung tinggi di masa pemerintahannya yang cukup singkat (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), setelah Soeharto lengser.
Melalui terobosan yang dilakukannya, BJ Habibie pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan 25 Juni 1936 itu mampu memperkuat nilai tukar rupiah dari kisaran Rp 15.000 menjadi Rp 6.500 per dolar AS.
Kesuksesannya tersebut terkuak dalam laporan pertanggungjawaban MPR di akhir jabatannya. Tak ayal jasa BJ Habibie dikenang hingga akhir hayat, ia menjadi sosok penting dalam pemerintahan Indonesia.
Terkait nilai tukar rupiah, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra memprediksi pergerakan nilai tukar rupiah bakal terus tundukkan dolar AS.
Baca Juga: Momen Nonton Bareng BJ Habibie Tak Akan Dilupakan Ahok
Menurut pengamatannya, penguatan rupiah didorong dari bakal selesainya pertikaian perdagangan antara AS dengan China.
Kendati demikian, Aris meminta pasar mewaspadai kenaikan tingkat imbal hasil obligasi AS yang bisa membuat Rupiah tertekan terhadap dolar AS.
"Rupiah mungkin berkonsolidasi di kisaran Rp 14.030 - Rp 14.080," kata Aris dalam riset hariannya di Jakarta, Kamis (12/9/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan rupiah pada Rabu sebelumnya (11/9/2019) berada di level Rp 14.051 per dolar AS.
Level itu menguat bila dibandingkan Selasa sebelumnya yang berada di level Rp 14.060 per dolar AS.
Baca Juga: BJ Habibie di Mata Sri Mulyani, Sang Penyelamat Bangsa dari Krisis
Sementara itu, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah pada Rabu kemarin berada di level Rp 14.063 per dolar AS.