"Pupuk bersubsidi memang bermacam jenisnya, dan masing-masing memiliki manfaat tersendiri," kata Sarwo.
Contohnya Urea, terbuat dari campuran gas amoniak dan gas asam arang. Pupuk ini menjadi salah satu yang paling banyak digunakan petani baik untuk lahan pertanian maupun budi daya.
"Pupuk ini memiliki kadar air yang cukup tinggi, sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman. Adanya kandungan air juga membuat tanaman akan tumbuh hijau," jelasnya.
Pupuk selanjutnya adalah SP-36, yang memiliki manfaat menambah unsur hara fosfor pada tanaman. Dengan pupuk ini, buah yang dihasilkan akan lebih banyak dan kualitas biji jadi lebih baik.
Baca Juga: Kementan Jamin Petani Tak Kesulitan Dapatkan Kartu Tani
"Begitu juga dengan pemasakan buah menjadi lebih cepat," tambahnya.
Lalu ada pula pupuk ZA, yang memberikan manfaat memperbaiki kualitas tanaman dan menambah nilai gizi. Selain itu, ada pula pupuk NPK yang memiliki manfaat memperkuat tumbuhnya akar, sehingga mudah menyerap zat hara di tanah dan membuat tanaman tidak tumbuh secara kerdil.
Terakhir, pupuk organik, yang terbuat dari sisa makhluk hidup, seperti pelapukan kayu, kotoran hewan dan sebagainya. Pupuk ini dapat menjaga tanah tetap subur dan mencegah eros.
Untuk mendapatkan pupuk bersubsidi ini ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh para petani. Salah satu syaratnya adalah petani harus tergabung terlebih dahulu dengan kelompok tani yang ada di desa dan wilayahnya.
"Kami berharap, pupuk bersubsidi dapat tersalurkan dengan baik dan tepat sasaran. Persyaratan tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 47 Tahun 2017 tentang Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi," katanya lagi.
Baca Juga: Percepat Target Produksi, Kementan Terapkan Teknologi 4.0