Suara.com - Tak sulit mengakui betapa menawannya lanskap alam Islandia, dari pesona Air Terjun Skogafoss-nya nan menawan, pesona Vatnajkull National Park nan megah, cantiknya Blue Lagoon hingga spektakulernya atraksi aurora borealis, membuat tak sedikit wisatawan dari berbagai belahan dunia berbondong-bondong menyambangi negara ini.
Meski begitu, negara dengan lanskap alam istimewa ini juga dikenal memiliki biaya hidup yang begitu tinggi lho.
Laporan AFP menyebut Islandia memuncaki deretan negara di Eropa dengan biaya termahal untuk disambangi.
Seloyang pizza rasa keju original di negara ini misalnya dapat dibanderol hingga Rp 274 ribu. Sementara segelas anggur dibanderol sekitar Rp 270 ribu dan nasi bungkus porsi kecil di sebuah warung India dihargai sekitar Rp 130 ribu.
Lantas apa yang menyebabkan negara berjuluk Land of Fire and Ice ini memiliki biaya hidup selangit?
Data yang dikumpulkan Eurostat menyebut biaya hidup di Islandia menjadi begitu tinggi sebab pemerintah setempat memberlakukan pajak yang begitu besar bagi barang-barang impor yang masuk ke Islandia.
Konrad Gudjonsson, Chief Economist di Iceland Chamber of Commerce mengungkapkan pajak tinggi yang diberlakukan otoritas Islandia disebabkan populasi penduduknya yang kecil sementara ketergantungan mereka terhadap barang-barang impor begitu tinggi.
Tak hanya itu fluktuasi mata uang Krona di Islandia menjadi musebab kenaikan harga.
Namun demikian biaya hidup yang begitu besar di Islandia berbanding lurus dengan upah tinggi yang ditetapkan pemerintah setempat untuk warganya. Tercatat, upah rata-rata pekerja penuh waktu di Islandia mencapai 632 ribu Krona atau setara Rp 73 juta, ini belum dipotong pajak ya.
Tak heran, betapapun kita mengira harga barang di Islandia begitu mencekik, bagi masyarakat setempat harga tersebut dianggap normal. Wajar ya jika Islandia ditetapkan sebagai salah satu negara dengan upah tertinggi di Eropa.