Suara.com - Di tengah perkembangan arus digitalisasi yang melaju kencang, industri perbankan dituntut untuk terus melakukan inovasi dalam rangka merespons kebutuhan konsumen.
Perubahan di berbagai lini kehidupan membuat masyarakat sebagai konsumen produk dan jasa perbankan juga membutuhkan layanan transaksi keuangan yang serba mudah dan cepat.
Terpilihnya jajaran manajemen baru di Bank BJB diharapkan dapat menjawab tantangan perkembangan digital, di tengah persaingan yang kian kompetitif.
Saat ini, jajaran direksi dipimpin oleh Yuddy Renaldi sebagai Direktur Utama, Agus Mulyana sebagai Direktur Kepatuhan, Nia Kania sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko, Rio Lanasier sebagai Direktur IT, Treasury dan International Banking, Suartini sebagai Direktur Konsumer dan Ritel, serta Tedi Setiawan sebagai Direktur Operasional.
Baca Juga: Pengelolaan Risiko Dinilai Sangat Baik, Bank BJB Raih TOP GRC 2019
Sementara jajaran komisaris diisi Farid Rahman sebagai Komisaris Utama Independen, Eddy Iskandar Muda Nasution dan Muhadi sebagai Komisaris, serta Fahlino F. Sjuib dan Yayat Sutaryat sebagai Komisaris Independen.
"Peningkatan layanan diharapkan menjadi pondasi Bank BJB untuk mencapai visi menjadi 10 bank terbesar dan berkinerja baik di Indonesia, lewat bisnis yang berkualitas dan berkelanjutan," ujar Direktur Utama Bank BJB, Yuddy Renaldi beberapa waktu lalu.
Analis Jasa Utama Capital Chris Apriliony menuturkan, di era digital seperti sekarang ini, memang sudah saatnya perbankan menggunakan teknologi seperti QR code untuk bertransaksi.
"Karena dengan meningkatnya dana yang dihimpun BJBR bisa meningkatkan kredit dan seperti yang sudah direncanakan perusahaan untuk mulai menggunakan QR code," kata Analis Jasa Utama Capital Chris Apriliony, Selasa (27/8/2019).
Untuk diketahui, Bank dengan kode emiten BJBR ini berhasil menorehkan kinerja positif pada Triwulan II 2019.
Baca Juga: Gubernur Jabar Minta Bank BJB Terus Berinovasi dan Berpihak pada UMKM
Bank BJB mencatatkan aset sebesar Rp 120,7 triliun, atau tumbuh 6,4 persen year on year yang didukung oleh penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 95,1 triliun, atau tumbuh 7 persen y-o-y.