Suara.com - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara merasa khawatir dengan masa depan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pasalnya, sambung Bhima, BUMN telah ke arah politis.
Dia pun mencontohkan, perombakan direksi di tubuh BUMN yang justru membuat perseroan BUMN untung diganti. Akan tetapi, perusahaan BUMN yang bermasalah direksinya malah dipertahankan.
"Kenapa BUMN bank yang relatif terjaga, malah dirombak sedangkan Garuda, Krakatau Steel, dan PLN tidak. Ada faktor like dan dislike. Di luar faktor ekonomi murni. Sifatnya lebih ke arah politis," kata Bhima dalam sebuah diskusi di Gado-gado Boplo Cikini, Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Menurut Bhima jika hal ini terjadi terus-menerus maka akan berdampak pada Menteri BUMN selanjutnya. Pekerjaan Menteri BUMN, jelasnya akan terasa berat, karena harus mengurus struktur perusahaan BUMN yang rumit itu.
Baca Juga: KPK Diminta Turun Tangan Saat BUMN Cari Calon Direksi dan Komisaris
"Kalau dibiarkan kita kuatirkan Menteri BUMN baru pas Oktober akan terganggu kinerjanya karena harus bereskan masalah menteri BUMN sebelumnya," tutur dia.
Selain itu, Bhima menambahkan, perombakan direksi yang sering terjadi ini akan membuat BUMN tak profesional. Karena, dengan adanya direksi baru maka akan ada target baru, sehingga kinerja BUMN kembali berubah.
"Ketidakpastian ini akan berpengaruh ke profesionalitas BUMN. Karena setiap ada perubahan direksi baru, target baru, berpengaruh ke kinerja Bank BUMN. Karena pergantiannya relatif cukup cepat dan tidak cukup jelas," kata dia.