Suara.com - Pala merupakan komoditi perkebunan, yang menjadi salah satu tanaman rempah paling difokuskan untuk diekspor. Sebagaimana kebijakan Kementerian Pertanian dalam mengembalikan kejayaan rempah Nusantara, Ditjen Perkebunan telah melakukan pembinaan kepada petani dari sisi hulu untuk mningkatkan produksi dan produktivitas pala yang siap diekspor.
Kementan juga melakukan pembinaan kepada para pelaku usaha dalam memperluas akses pasar pala ke negara lain, khususnya Eropa, yang sangat berminat untuk ekspor rempah Indonesia.
“Keberhasilan pencapaian peningkatan produksi dan produktivitas harus dibarengi dengan kesiapan dukungan dan penguatan di sub-sistem hilirnya, terutama dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing, sehingga berbagai produk perkebunan segar dan olahan mampu menguasai pasar domestik, serta memiliki keunggulan untuk menembus pasar internasional,” kata Kasdi Subagyono, Direktur Jenderal Perkebunan, dalam sambutannya dalam pelepasan ekspor pala Indonesia ke Belanda, yang diinisiasi oleh mitra usaha komoditas perkebunan, PT Alam Sari Interbuana, Depok, Jawa Barat, Jumat (16/8/2019).
Kasdi menambahkan, sebagaimana amanat Peraturan Menteri Pertanian nomor 19 tahun 2019 tentang Pengembangan Ekspor Komoditas Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan mendapat amanat untuk mengakselerasi peningkatan daya saing komoditas perkebunan di pasar internasional melalui ekspor dan kegiatan promosi. Berkaitan dengan hal tersebut, komoditas unggulan perkebunan seperti Ppla terus didorong untuk berkontribusi terhadap penerimaan negara dari ekspor.
Baca Juga: Sawah di Lebak Puso, Kementan Ajak Petani Ikut Asuransi Usaha Tani Padi
Produksi pala Indonesia pada 2018, berdasarkan data Ditjen Perkebunan adalah 36.242 ton, dengan daerah penghasil meliputi Maluku Utara dengan produksi 8.325 ton; Aceh dengan produksi 6.273 ton; Maluku 5.774 ton; Papua Barat 5.675 ton; Sulawesi Utara 5.201 ton; Jawa Barat 1.319 ton; dan Sumatera Barat 1.015 ton.
Masih berdasarkan data yang sama, pala Indonesia pada 2018 diekspor sebanyak 20.202 ton dengan nilai ekspor 111,69 juta dolar AS, yang mana sebagian besar diekspor ke Vietnam dengan volume 9.188 ton dan nilai 26,37 juta dolar AS.
Adapun dari total ekspor pala Indonesia, sebanyak 19,7 persen atau 3.979 ton diekspor ke Uni Eropa, dengan nilai ekspor mencapai 31,31 juta dolar AS. Untuk pala Indonesia yang diekspor ke Belanda, selama 2018 sebanyak 1.108 ton, yang nilainya 9,63 juta dolar AS.
PT Alam Sari Interbuana merupakan salah satu mitra binaan Direktorat Jenderal Perkebunan yang bergerak dibidang pembinaan dan trading komoditas rempah Indonesia, khususnya pala ke pasar internasional.
Perusahaan ini akan melakukan ekspor pala pada 16 Agustus 2019, sebanyak 13 ton, yang terdiri dari nutmeg shrivels (5 ton) dan nutmeg shells (8 ton), yang ditujukan kepada Mouw Sourcing B.V/Spicemasters, Belanda, melalui pelabuhan Tanjung Priok menuju pelabuhan Rotterdam.
Baca Juga: Kementan Serahkan Bantuan Alat Mesin Pertanian di Kediri
Pala yang diekspor PT Alam Sari Interbuana berasal dari petani di Sulawesi Utara dan Maluku. Sebagian dari petani pala tersebut telah mendapatkan fasilitasi dari Ditjen Perkebunan, berupa peralatan pasca panen melalui dana TP 2015 dan 2017.