Suara.com - PT Berdikari (Persero) akan mengimpor sebanyak 10 ribu ton daging sapi asal Brazil yang rencananya akan mulai masuk ke Indonesia pada September hingga akhir tahun 2019 melalui kerja sama dengan asosiasi dan distributor.
Direktur Utama Berdikari Eko Taufik Wibowo menjelaskan, kuota impor daging sapi itu ditetapkan berdasarkan hasil rapat koordinasi terbatas di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
“Kalau lancar, September sudah mulai masuk. Kalau kuota 10 ribu ton, mungkin tiga bulan hingga akhir tahun. Kami siap,” kata Eko, Rabu (14/8/2019).
Eko menuturkan, sama halnya dengan penugasan impor daging kerbau tahun lalu, ada tiga BUMN yang ditunjuk yakni PT Berdikari, Perum Bulog dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI).
Baca Juga: Di Penjara, Koruptor Daging Sapi Eks Presiden PKS Jadi Guru Ngaji Setnov
Ada pun saat ini, BUMN peternakan dan pangan itu mengaku masih menunggu surat penugasan impor daging sapi asal Brazil tersebut.
Lebih lanjut, Eko menilai impor daging sapi itu kemungkinan dilakukan sebagai upaya untuk meredam isu kekalahan Indonesia atas gugatan yang diajukan pemerintah Brazil ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) karena tidak membuka keran impor ayam.
“Mungkin impor ini jadi penyeimbang. Mungkin daging sapi Brazil akan masuk ke kita untuk meredam isu kalahnya kita di WTO karena tidak mengizinkan masuknya ayam mereka,” katanya.
Di sisi lain, Berdikari juga telah mendapatkan izin Kementerian Pertanian untuk melakukan impor 30 ribu ekor sapi bakalan yang rencananya akan selesai pada akhir 2019. Hingga saat ini perusahaan telah melakukan impor 9 ribu ekor sapi bakalan dari Australia.
Bisnis sapi PT Berdikari (Persero) ditopang dengan pola kemitraan dengan peternak rakyat, yang sudah berjalan di Lebak dan Bojonegoro, dengan populasi sekitar 620 ekor.
Baca Juga: Studi: Daging Sapi dan Kambing Tingkatkan Risiko Kanker Pada Perempuan
Selain bisnis sapi, BUMN itu juga terus mengembangkan bisnis peternakan ayam terintegrasi. Perusahaan pelat merah itu saat ini memiliki dua "farm" ayam indukan atau GPS (grand parent stock) yang berlokasi di Tasikmalaya dengan populasi sekitar 54 ribu ekor GPS dan Pasuruan dengan populasi sekitar 36 ribu GPS. Rata-rata produksi farm GPS per bulan adalah sekitar 120 ribu ekor DOC Parent Stock (PS).