Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pelemahan mata uang China, yuan, akan memengaruhi perekonomian Indonesia dan pihaknya menilai bahwa peningkatan investasi bisa menjadi salah satu kebijakan terbaik untuk merespon perkembangan tersebut.
"Pertama, transmisi dari pengaruh global ini suka atau tidak suka pasti akan terasa. Entah dalam bentuk nilai tukar rupiah kita akan terpengaruh, indeks harga saham kita, bonds yield kita, SBSN kita. Itu semuanya akan terpengaruh," kata Sri Mulyani usai menghadiri rapat tertutup bersama Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Selasa (13/8/2019).
Sebelumnya diwartakan bahwa sejak pekan lalu nilai tukar yuan terhadap dolar AS telah melemah. Per Selasa, nilai tukar menyentuh angka 7 yuan per dolar AS.
Pemerintah AS menuding bahwa China sengaja melemahkan nilai tukar mata uangnya untuk menyiasati perang dagang dengan negeri Paman Sam. Tudingan itu terus ditepis oleh China.
Baca Juga: BI Sebut Gara-gara Perang Dagang Negara Berkembang Sengsara
Akibat pelemahan yuan, beberapa mata uang dunia, termasuk rupiah juga melemah. Tetapi ada pula kekhawatiran bahwa pelemahan yuan akan membuat arus impor produk China ke Indonesia lebih besar, karena harganya yang menjadi lebih murah.
Sri Mulyani sendiri mengatakan faktor fundamental perekonomian Indonesia untuk dapat bertahan dan tumbuh di atas 5 persen harus dipacu dari investasi. Sri Mulyani menjelaskan investasi yang dapat memberikan modal masuk capital inflow menjadi tugas besar pemerintah.
"Kemudian bagaimana kita tetap memperbaiki daya kompetisi kita. Supaya kemudian kita tidak terlalu mudah terombang-ambing dengan perubahan lingkungan," jelas Menkeu.
Adapun rapat yang dihadiri Sri Mulyani itu juga diikuti oleh Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Rapat tertutup dengan Presiden Jokowi itu berlangsung sekitar dua jam.
Baca Juga: Perang Dagang Makin Membuat Nilai Tukar Rupiah Terpuruk