Koordinator Sustainability Region Sumitau PT PIP, Agustinus Nainggolan menegaskan, dengan adanya pembakaran hutan justru malah merugikan pihaknya.
Volume produksi PT PIP berkurang jika musim kemarau tiba ditambah dengan banyaknya pembakaran lahan yang menimbulkan asap pekat.
Tercatat, total produksi tandan sawit di Region Semitau tahun 2018 sebanyak 313.506 ton. Capaian tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2017 sebanyak 321.417 ton.
Sadar akan dampak yang ditimbulkan dari Karhutla (Kebakaran Hutan dan Lahan) pihaknya kemudian mempersiapkan tim khusus untuk menanggulangi karhutla, mulai dari peralatan pemadam api hingga pembekalan ke sumber daya manusianya.
Baca Juga: Jokowi dan Mahathir Bersatu Hadapi Diskriminasi Sawit Uni Eropa
"Kalau kebakaran, pasti rugi makannya kita utamakan pencegahan kebakaran. Anggaran untuk Karhutla Rp 1,8 miliar itu pada saat pengadaan tahun 2017," kata Nainggolan.
Tak cukup dengan tim Karhutla yang dimiliki PT PIP, pihaknya juga kemudian melakukan sosialisasi ke masyarakat sekitar tentang bahaya pembukaan lahan dengan cara membakar.
Membuka Harapan Tanpa Membakar
PT PIP sejak 2016 lalu telah membina warga melalui program Kebun Sayur Pekarangan (KSP) yakni sebuah upaya untuk mengurangi risiko kebakaran melalui pola pertanian ramah lingkungan, sekaligus untuk membangun ketahanan pangan.
Fabianatini (43) salah satu warga sekitar kebun sawit mengaku sangat terbantu dengan program tersebut. Dirinya mengaku, sebelum mendapatkan pelatihan kerap melakukan pembakaran lahan.
Baca Juga: Cangkang Sawit Indonesia Bakal Penuhi Kebutuhan Energi Terbarukan Dunia
"Sebelumnya kita selalu bakar, setelah bakar abunya bisa sekalian jadi pupuk, barulah kita tanam," ucap Fabianatini.