"Kalau dilihat dari peta sebaran lahan, lahan sawit kita yang sekarang ini tadinya lahan yang sudah gundul oleh pembalakan liar, jadi bukan kita yang menebang pohon apalagi membakar," kata Asep.
Selain itu, isu lingkungan terkait limbah hasil olahan sawit di pabrik pengolahan menjadi isu yang cukup sering digaungkan.
Limbah sawit disebut-sebut mencemari sungai dan air tanah yang dikonsumsi masyarakat. Limbah sawit juga disebut-sebut merusak ekosistem yang ada di sekitar areal lahan sawit.
Untuk membuktikan isu tersebut, rombongan kemudian mendatangi tempat pembuangan limbah cair hasil olahan sawit yang terdapat di dalam areal kebun.
Baca Juga: Jokowi dan Mahathir Bersatu Hadapi Diskriminasi Sawit Uni Eropa
Dan benar saja, limbah yang dialirkan dari pabrik tidak mengalir ke sungai. Limbah cair dari pabrik justru mengalir ke areal-areal yang terdapat pohon sawitnya.
"Ini sangat jauh ke sungai, limbah ini ditampung di blok-blok ini yang nantinya akan diserap lagi oleh pohon sawit, karena sawit ini memang membutuhkan pasokan air yang cukup banyak. Setelah airnya meresap ke lahan-lahan sawit, endapannya justru bisa dijadikan pupuk, masyarakat malah banyak yang minta untuk dijadikan pupuk," tutur Asep.
Untuk membuktikan bahwa lahan di sekitar perkebunan sawit tidak terkontaminasi limbah sawit. Di lahan konservasi yang terdapat di dalam areal perkebunan sawit ditumbuhi tanaman-tanaman langka dan unik.
Misalnya saja, terdapat tumbuhan dengan nama N Gracilis atau yang biasa disebut dengan tanaman Kantung Semar. Tanaman unik ini memiliki bentuk seperti kantung dan tumbuh merambat.
Warna kantung bervariasi, ada yang merah, hijau atau coklat kemerahan. Bentuknya silinder di bagian atas dan bulat telur di bagian bawah. Selain itu, cukup banyak juga ditumbuhi anggrek hitam.
Baca Juga: Cangkang Sawit Indonesia Bakal Penuhi Kebutuhan Energi Terbarukan Dunia
Tepis Isu Sawit Penyebab Kebakaran Hutan