“Kebiasaan konsumsi media yang berubah, harus disikapi dengan perubahan model bisnis media itu sendiri. Kaitan internet, TV masih ditonton tapi internet semua orang hadir. Bisnis kita mau tidak mau akan kesitu. Juga isu lain bahwa konvergensi antar sektor sedang terjadi, termasuk di media terus tejadi,” katanya.
Selain itu, Titin juga masih percaya bahwa kemampuan menjaga pangsa pasar membuat industri media konvensional tidak serta merta akan rontok. Dia menyebut sejumlah brand media cetak yang tetap memiliki pangsa pasar dan stabil, yang tidak cuma bergantung dari oplah tetapi juga menggarap kegiatan offline seperti kerjasama event.
“Media cetak yang sudah 22 tahun hidup belum masuk ke ranah digital, dia ada web isinya sama dengan versi cetaknya. Sudah ada pembaca dan langganannya dia tidak mau bergerak ke versi digital. Era digital Indoensia tahapan masih panjang, bukan benar atau salah dalam mengambil keputusan 15-20 tahun lagi ia yakin media cetak masih bertahan. Ada teori the long tail theory for business.
Kembali ke industri televisi, transmedia sebutnya saat ini fokus pada bisnis media masa depan bukan menatap sunset industri. Melebarkan pilihan bagi generasi milenial, misalnya, yang tidak sekedar mencari berita tetapi membuat konten.
Baca Juga: Meskipun Sudah Kena Tegur, Kimi Hime Tidak Akan Ubah Konten YouTube
“Ada personalize konten untuk mereka,” katanya.