Suara.com - Industri saus tomat merupakan salah satu sektor industri yang tahan banting. Selain mempunyai rantai pasok bahan baku substitusi, industri ini pun memiliki peluang pasar ekspor yang besar.
Industri saus tomat dinilai tahan banting sejalan dengan maraknya bahan baku susbtitusi yang melimpah di Indonesia.
Tak pelak, perusahaan global seperti Heinz, Unilever, hingga Delmonte berlomba menggarap pasar domestik, juga peluang ekspor.
Jika produk pangan lainnya masih bertumpu pada bahan baku impor, maka produsen saus tomat di dalam negeri telah berhasil mencari substitusi tomat.
Baca Juga: Studi: Rutin Konsumsi Jus Tomat Tawar Kurangi Risiko Penyakit Jantung
Ahli Pangan Prof. Gyatmi mengungkapkan sudah hal lazim bagi produsen pangan untuk mencari substitusi bahan baku. Apalagi, tegasnya, Indonesia mempunyai banyak bahan baku pangan yang bisa diolah sebagai pengganti bahan asli.
Sedangkan, saat ini mayoritas produsen saus tomat mensubstitusi tomat dari bahan ketela singkong dan ubi jalar.
“Ubi sebagai substitusi bahan pangan dengan alasan ketersediaan dan stabilias suplai bahan baku,” tukas Prof. Gyatmi.
Kebanyakan produsen saus tomat di Indonesia, kini bisa mempergunakan bahan dasar umbi yang diolah dengan campuran rempah serta perasa buatan.
Di sisi lain, persaingan domestik produk saus tomat tengah berlangsung ketat. Produsen multinasional seperti Heinz, Unilever, dan Delmonte saling sikut memperebutkan pasar sempit saus tomat.
Baca Juga: Khusus Lelaki, Makan Buah Tomat Bagus untuk Sperma Lho!
Heinz yang dikenal dengan Heinz ABC Indonesia belum terdengar membangun fasilitas produksi anyar saus tomat. Sedangkan Unilever, telah menjajal bisnis saus setelah memperkenalkan merek Jawara pada tahun lalu.