Tukang Bubur Naik Haji Ternyata Ada, Setiap Hari Taruh Uang di Bawah Kasur

Iwan Supriyatna Suara.Com
Senin, 15 Juli 2019 | 17:36 WIB
Tukang Bubur Naik Haji Ternyata Ada, Setiap Hari Taruh Uang di Bawah Kasur
Samsuri, tukang bubur naik haji. (Suara.com/Achmad Ali)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berdagang bubur dengan hasil yang sangat kecil ternyata tidak menghalangi niat pasangan suami - istri (Pasutri) asal Jombang Jawa Timur untuk menunaikan rukun islam ke lima (ibadah haji).

Adalah Samsuri (72) dan Siti Mukianik (67), warga Desa/Kecamatan Mojowarno. Hidup hemat yang dilakukannya, telah mewujudkan impiannya untuk bisa pergi ke tanah suci.

Diceritakan Samsuri, keinginan menunaikan ibadah haji itu berawal dari tahun 2003. Saat itu, istrinya (Siti Mukianik) yang mengawali keinginan itu.

Baca Juga: Ingin Hajikan Ibunda, Pria Jambi Touring ke Mekkah Naik Yamaha Nmax

"Waktu itu kita pernah mengantar tetangga yang akan berangkat haji. Dari situ istri saya punya angan-angan untuk bisa memiliki kesempatan yang sama," cerita Sasuri kepada Suara.com, Senin (15/7/2019) saat ditemui di kediamannya.

Samsuri mendukung keinginan sang istri. Keuntungan menjual bubur sumsum di Pasar Mojowarno akhirnya ditabung. Dalam satu hari, keuntungan yang hanya Rp 10 ribu - Rp 15 ribu selalu disimpan di bawah kasur.

"Tiap jualan modal saya cuma Rp 40 ribu. Untungnya kadang dapat Rp 10 ribu, kadang juga dapat Rp 15 ribu. Itu saya simpan di bawah kasur," katanya.

Pada akhir 2010, Samsuri dan Mukianik resmi mendaftarkan diri sebagai calon jemaah haji. Uang yang dikumpulkan dari hasil jualan kemudian diperuntukan membayar ONH (Ongkos Naik Haji).

Untuk melunasinya, setiap bulan Samsuri menitipkan hasil tabungannya ke biro bimbingan haji atau KBIH. Hingga akhirnya tahun 2019, pasangan lanjut usia ini dipastikan berangkat ke tanah suci pada 23 Juli dengan kloter 53.

Baca Juga: Tak Disangka, Nasib Tukang Sapu Nyambi Dagang Cilok Bisa Naik Haji

Samsuri berkisah, awal mula dirinya berjualan bakso keliling sejak 1970. Mulai berjualan dengan cara dipikul, hingga keliling menggunakan gerobak. Dari desa satu, ke desa lainnya. Dari gang satu, ke gang lainnya.

Kontributor : Achmad Ali

Dari usaha itu, Samsuri mampu membangun rumah, juga menyekolahkan semuanya anak-anaknya. Berdagang bakso tersebut dijalani Samsuri selama 30 tahun. Tentu saja, puluhan tahun kemudian kondisi fisik warga Mojowarno ini tak sekokoh sewaktu muda.

"Sekitar tahun 2000 saya ganti berjualan gorengan di sebuah sekolah yang tidak jauh dari rumah. Bakso diteruskan anak ke empat saya," teranganya.

Namun berjualan gorengan, bagi Samsuri, tak ‘seindah’ mejadi tukang bakso. Hingga akhirnya pada 2003, bapak enam anak ini berhenti berjualan gorengan. Sebagai gantinya, Samsuri bersama sang istri berjualan bubur sumsum di pasar Mojowarno hingga sekarang.

Tak Mau Terima Bantuan Uang dari Anak

Samsuri bersama gerobak buburnya.
Samsuri bersama gerobak buburnya.

Biaya haji dan uang saku Samsuri dan istrinya murni dari hasil keringat mereka berdua. Tidak ada campur tangan dari anak-anaknya.

Disampaikan Samsuri, anaknya pernah berkeinginan untuk membantu membiayai pembayaran naik haji. Namun keinginan itu ditolaknya.

"Anak saya pernah ingin membantu, tapi saya menolak. Saya tidak ingin membebani anak-anak saya," jelasnya.

Kontributor : Achmad Ali

Penolakan itu bisa diterima anaknya. Karena keinginan mulia itu, anak-anaknya bisa mengerti dan hanya bisa mendoakan yang terbaik bagi kedua orangtuanya.

Pun dengan para tetangga. Tidak ada yang punya pemikiran jelek pada Samsuri dam istrinya. Para tetangga semua mendoakan agar mereka bisa menjadi haji mabrur.

"Tidak ada tetangga yang punya pikiran jelek pada saya meski hanya seorang penjual bubur. Mereka malah mendoakan yang terbaik buat kita," bebernya.

Anak Menangis Bangga Melihat Kegigihan Orangtuanya

Samsuri membereskan gerobak buburnya.
Samsuri membereskan gerobak buburnya.

Terpisah, Nurul (48) anak Samsuri yang ke dua dari enam bersaudara sempat menangis melihat kegigihan kedua orangtuanya hingga berujung keberhasilan menunaikan ibadah haji.

"Saya bangga dengan kedua orangtua saya. Meski hanya seorang pedagang kecil-kecilan, ternyata bisa berangkat haji," kata Nurul sambil menangis.

Kontributor : Achmad Ali

Apa yang dicapai orangtuanya, juga menjadi keinginan Nurul. Cara yang dilakukan orangtuanya dengan menabung setiap hari akan dicontoh.

"Saya juga ingin seperti orangtua saya. Saya akan menabung untuk bisa mewujudkan impian saya," harap Nurul.

Saat ini, tambah Nurul, adiknya telah berhasil meniru orangtuanya. Hasil dari jual bakso telah ditabung untuk mendaftar haji.

"Adik saya atau anak ke 4 bapak sudah daftar haji. Uang itu dikumpulkan dari hasil jual bakso," pungkasnya.

Kontributor : Achmad Ali

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI