Suara.com - Pertumbuhan ekonomi China Diperkirakan akan kembali melambat pada kuartal II 2019. Bahkan, perlambatan ekonomi terlemah sepanjang 27 tahun lalu.
Seperti dilansir Reuters, perlambatan ekonomi China didorong perang dagang dengan AS yang sempat memanas pada kuartal II.
"Kemuraman yang menggantung pada ekonomi China tidak mungkin hilang segera karena tantangan di front domestik dan eksternal," analis di ANZ mengatakan dalam sebuah catata.
Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan Cina melaporkan pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh 6,2 persen pada kuartal April-Juni. Pertumbuhan itu paling lambat sejak kuartal pertama 1992.
Baca Juga: BI Kasih Kode Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Melandai
Itu akan menandai hilangnya momentum lebih lanjut dari kuartal sebelumnya 6,4 persen, yang dapat membawa pertumbuhan ekonomi setahun penuh ke level terendah 30-tahun dekat 6,2 persen
Pemerintah telah lebih bersandar pada stimulus fiskal untuk mendukung pertumbuhan tahun ini, mengumumkan pemotongan pajak besar-besaran senilai hampir 2 triliun yuan ( 291 miliar dolar AS) dan kuota 2,15 triliun yuan untuk penerbitan obligasi khusus oleh pemerintah daerah yang bertujuan untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur.
Akan tetapi ekonomi lambat merespons, dan kepercayaan bisnis masih goyah, membebani investasi. Investor khawatir perang perdagangan yang lebih lama dan lebih mahal antara dua ekonomi terbesar dunia dapat memicu resesi global.
Pemerintah China akan menerbitkan data pertumbuhan ekonomi kuartal kedua pada hari Senin ini bersama dengan data aktivitas untuk bulan Juni yang dapat menunjukkan berlanjutnya pelemahan.
Data pada hari Jumat menunjukkan ekspor turun pada bulan Juni setelah AS menaikkan tarif barang-barang China dengan tajam, sementara impor menyusut lebih dari yang diharapkan, menyoroti permintaan domestik yang lambat.
Baca Juga: TOK! DPR Setuju Asumsi Makro Pertumbuhan Ekonomi 2020 Sekitar 5,5 Persen
Indeks resmi pabrik baru-baru ini untuk Juni menunjukkan produsen Cina melepaskan pekerjaan pada laju tercepat sejak krisis keuangan global satu dekade lalu.