Suara.com - Para siswa Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) diminta mampu mempertajam kemampuan memecahkan masalah dan merebut peluang di dunia kerja. Hal ini dikemukakan Menteri Sosial (Mensos), Agus Gumiwang Kartasasmita.
"Saya minta agar siswa mampu mempertajam kemampuannya memecahkan masalah, dan saya optimistis, Poltekesos Bandung akan senantiasa mampu menjawab berbagai tantangan dan memanfaatkan peluang dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial di Indonesia di era revolusi industri 4.0," katanya, dalam sambutannya saat peresmian Poltekesos Bandung, di Kampus Poltekesos, Bandung, Jawa Barat, Selasa (9/7/2019).
Mensos hadir untuk meresmikan perubahan nomenklatur Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) menjadi Poltekesos.
Hadir dalam kesempatan ini, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, Kepala Badan Pendidikan, Penelitian dan Penyuluhan Sosial (BP3S), Harry Z. Soeratin, para pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama di lingkungan Kementerian Sosial dan Jabar; para mantan Direktur/Ketua STKS Bandung; para Rektor/Ketua/Direktur/Dekan/Pimpinan Perguruan Tinggi di Bandung dan Jabar, dan sejumah tamu undangan.
Baca Juga: Rekrutmen Pejabat Baru, Kemensos : Proses Berjalan Akuntabel
Terkait dengan perubahan nomenklatur ini, Mensos menyampaikan lima pesan penting bagi Poltekesos Bandung. Pertama soal mempertajam kemampuancomplex problem solving, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah di dalam dunia nyata.
Kedua, membelajarkan social skill , yaitu kemampuan untuk melakukan koordinasi, negosiasi, persuasi, kepekaan dalam memberikan bantuan, hingga emotional intelligence ; ketiga; membelajaran tentang process skill, yaitu kemampuan yang terdiri dari active listening, logical thinking, dan monitoring self and the others.
Keempat, membelajarkan kemampuan system skill, yaitu kemampuan untuk dapat melakukan professional judgement dan kemampuan untuk mengetahui sebuah sistem dibuat dan dijalankan.
Kemudian kelima, tentang cognitive abilities, yaitu keterampilan yang meliputi, antara lain cognitive flexibility, creativity, logical reasoning, dan problem sensitivity.
Peran Penting Bangun SDM
Selanjutnya, Mensos menekankan, Poltekesos Bandung memiliki peran penting dan sangat berpeluang dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan sanggup berkompetisi di dunia kerja.
Baca Juga: Ciptakan Kemandirian, Kemensos Beri Pelatihan Agrobisnis pada Eks Napi
"Oleh karenanya, Poltekesos Bandung harus memiliki jejaring kerja sama dengan Lembaga kesejahteraan sosial (LKS) yang relevan dengan program studi," katanya.
Pembangunan jejaring dibutuhkan untuk mendekatkan SDM yang dihasilkan agar relevan dengan kebutuhan LKS-nya.
"Sekaligus untuk menjawab tantangan pasar kerja yang dinamis. Oleh sebab itu, Poltekesos Bandung jangan hanya mengajarkan mahasiswa dengan keterampilan lama," kata Mensos.
Agus minta Poltekesos Bandung agar mendesain program studi yang relevan dengan dunia kerja, baik dari aspek kemampuan dosen, kurikulum, laboratorium dan semua peralatannya, serta kampus yang kondusif.
Tak lupa, Mensos mengingatkan, pendidikan tinggi vokasi punya peran strategis dan berada di garda terdepan dalam penanganan usia angkatan kerja.
"Lulusan program pendidikan tinggi vokasi tidak hanya menguasai iptek, namun juga mandiri, terampil dan terlatih serta memenuhi tuntutan dunia industri atau dunia kerja," kata Mensos.
Oleh karenanya, kata Agus, lulusan pendidikan tinggi vokasi harus memiliki modal yang cukup dalam menghadapi persaingan regional maupun global.
"Bahkan secara khusus, juga akan mampu menjawab tantangan yang muncul di era Revolusi Industri 4.0 ini," katanya.
Kini bahkan kemampuan vokasi Indonesia cukup menggembirakan. Mengutip Global Talent Competitiveness Index 2017, Indikator Vocational & Technical Skills Indonesia berperingkat paling baik di antara indikator-indikator lainnya.
"Indonesia menempati ranking 13 dari 27 di kelompok negara lower-middle income. Padahal fokus pemerintah selama ini dalam pengembangan vokasi dinilai masih kurang memadai," kata Mensos.
Oleh karena itu, pendidikan vokasi di era Revolusi Industri 4.0 telah menjadi kesepakatan bersama, dan selanjutnya menjadi bagian dari kebijakan pemerintah dalam penyiapan platform untuk mempermudah akses ke pasar kerja.
Dalam laporannya kepada Mensos, Harry Z. Soeratin menyatakan, acara ini bertujuan untuk memperkenalkan secara resmi nomenklatur baru perguruan tinggi di bawah Kemensos, yaitu STKS Bandung menjadi Poltekesos kepada seluruh sivitas akademika, seluruh stakeholder, dan kepada masyarakat luas.
"Selanjutnya, Poltekesos Bandung menjadi identitas dan nama baru secara resmi dalam korespondensi akademik maupun non akademik," katanya.
Menurut Harry, perubahan nomenklatur dari STKS Bandung menjadi Poltekesos sejalan dengan kebijakan pemerintah melalui Kementerian Ristek Dikti.
"Yakni agar melakukan perubahan kelembagaan dari Sekolah Tinggi menjadi Politeknik," katanya.
Menurut Harry, perubahan kelembagaan Sekolah Tinggi menjadi Politeknik adalah suatu keniscayaan untuk meningkatkan peran pendidikan tinggi kementerian lain dalam mencetak dan meningkatkan kualitas SDM sesuai kebutuhan kementerian yang bersangkutan.
"Perubahan nomenklatur kelembagaan STKS Bandung menjadi Politeknik tentu saja menjadi suatu peristiwa monumental untuk disambut dengan sukacita oleh sivitas akademika, seluruh stakeholder, dan kita semua," katanya.